Andi Syamsuddin yang di Kalimantan lebih sohor dengan nama Haji Isam juga melebarkan bisnisnya di perkapalan, perkebunan, rental pesawat hingga berencana membangun jalan bebas hambatan antara Banjarmasin hingga Batulicin.
Keempat terbesar adalah PT Bangun Banua Persada Kalimantan yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah daerah.
Komposisi sahamnya, 33 persen milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, 31 persen milik PT Hasnus Jaya Utama yang dikuasai pengusaha lokal Haji Abdussamad Sulaiman.
Sisa saham lain dimiliki koperasi TNI dan Polri yakni Puskopolda 10 persen, Puskopad 10 persen, Puskud 5 persen hingga KPN Adyaksa milik Kejaksaan.
Perusahaan tambang batubara terbesar kelima adalah Hasnur Grup yang dimiliki Haji Abdussamad Sulaiman.
Hasnur Grup menguasai cadangan batubara sebesar 80 juta metrik ton melalui anak usahanya, PT Energi Batubara Lestari. Anak usaha lain, PT Bhumi Rantau Energi, menguasai cadangan 200 juta metrik ton.
Lokasi konsesinya berada di Rantau, Kabupaten Tapin. Terminal khusus batubara yang dipunyai Hasnur berada di Sungai Putting dan Sungai Salai, kalimantan Selatan, dan di Pendang, Kalimantan Tengah (Kompas.com, 19/01/2021)
Baca juga: Daftar 5 Perusahaan Besar Tambang Batu Bara di Kalsel
Banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan di minggu pertama Januari 2021 ditengarai banyak pihak disebabkan oleh masifnya alih fungsi tanah menjadi areal pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.
Berkurangnya daerah tangkapan hujan di daerah hutan primer menyebabkan curah hujan yang sangat deras tidak bisa diserap oleh tanah sehingga menyebabkan banjir. Banjir ini pantas disebut bencana ekologi.
Banjir yang menelan 21 korban jiwa dengan 342.987 jiwa terdampak, diantaranya 63.608 orang menjadi pengungsi. Banjir juga merendam 66.768 rumah, merusak 21 jembatan, dan merendam jalan sepanjang 18.294 meter. Selain itu, banjir menyebabkan 18.356 hektar lahan gagal panen.
Ini adalah banjir terbesar di Kalimantan Selatan dalam empat dekade terakhir.
Baca juga: Teka-teki Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan dan Hasil Analisis Lapan soal Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan
Teka-teki kematian Jurkani harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi polisi untuk berani mengungkap kebenaran sesungguhnya.
Dengan kemajuan teknologi dan kecepatan penyebaran informasi, apapun kejanggalan kasus Jurkani pasti akan diketahui publik.
Polisi harus berani menjawab pertanyaan publik: siapa aktor di balik kematian Jurkani? Siapa pemilik perusahaan yang secara ilegal menyerobot areal pertambangan milik klien Jurkani?
Kematian Jurkani menjadi “alarm” bagi pemerintah bahwa ada banyak aktivitas tambang ilegal yang tidak mengindahkan aturan tentang kelestarian alam.
Jangan sampai batubara dikeruk habis demi menikmati kue ekonomi yang legit di zaman kita meninggalkan kerusakan ekologi para di masa anak cucu cicit kita.
Jurkani yang menjadi martir kasus pertambangan ilegal menyadarkan kita betapa mahal harga keadilan di Republik ini.
Kami bukan penjahat
Meski kami sangat dekat dengan orang berlabel tersangka dan terdakwa
Kami hanya menjaga agar hak mereka tetap terjaga
Kami ini melindungi kesewenangan hukum dan gertakan palunya
Kami menyeimbangkan dari apa yang dituntut dengan keadaan yang sebenarnya
Kami ini bukan pembela yang salah
Karena yang kami bela belum tentu tidak benar
Kami melanggengkan azas praduga tak bersalah
Kami memang pengacara yang mengeluarkan keringat dengan bicara
Kerjanya beracara di pengadilan
Kami ini memberikan nasihat hukum bagi mereka
Mengapa kau anggap kami ini aneh lagi keblinger?
Kau pikir kami selalu mendukung penjahat
Kami hanya pencari kebenaran
Melindungi mereka dari kesewenangan penguasa
Tak peduli kau anggap diriku apa
Walau banyak kaumku yang berharta karena membela mereka yang berada
Itu hanya senyuman dewi fortuna
Masih banyak dari kami membela mereka yang papa
Kami memberi bantuan tanpa dana
Dengan prodeo dan probono juga ada
Inliah kami jangan kau hakimi sepihak
Dengan pendapat tak berdasar karena segelintir kami yang berbeda
Dari kebiasaan yang luar biasa
Kami adalah advokat
Dari rasa keadilan dan kebenaran kami berangkat
(Kami Bukan Penjahat, karya Aista Wisnu Putra)