Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

"Children of Heaven" dari Baubau, Sulawesi Tenggara

Kompas.com - 24/11/2021, 21:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tirulah Banyuwangi dan Kendal

Pemerintah daerah (Pemda) juga tidak boleh lepas tangan. Tidak ada salahnya mencontoh atau memodifikasi program-program dari pemda lain yang berhasil mengatasi persoalan anak-anak di masa pandemi.

Kabupaten Banyuwangi di era Bupati Ipuk Fiestiandani sekarang sedang giat menggalakkan program Banyuwangi Ayo Mengajar (BAM) untuk mengatasi kesulitan pelajar-pelajar sekolah di masa pandemi.

Sebanyak 400 relawan yang berasal dari mahasiswa tingkat akhir diterjunkan ke berbagai desa di pelosok Banyuwangi.

Selain mengajar anak-anak sekolah dan memberi motivasi masyarakat, relawan ini mendapat honorarium dari Pemda Banyuwangi. Mereka harus tinggal di desa selama 6 bulan membaur dan hidup di tengah-tengah masyarakat.

Saya kebetulan pernah mengikuti kegiatan relawan di sebuah desa yang belum mendapat aliran listrik, yang berada di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri.

BAM adalah sebuah program pemberdayaan yang mengasah solidaritas dan jiwa pengabdian mahasiswa. 

Dampaknya bukan hanya pada nilai akademis para anak yang diajar, tapi yang lebih penting adalah mindset mereka. Anak-anak sekolah yang diajar para relawan ini jadi punya keinginan menjadi mahasiswa.

Mindset ini memutus persoalan pernikahan dini dan putus sekolah yang dulu merupakan hal biasa di pelosok Kabupaten Banyuwangi.

Relawan pun semakin mencintai dan membanggakan daerahnya.

Kabupaten Banyuwangi juga punya program lain. Namanya Program Siswa Asuh Sebaya (SAS). Program ini berhasil memupuk kepedulian anak-anak dari keluarga berkecukupan untuk membantu serela dan semampunya teman-teman satu sekolah yang butuh bantuan finansial.

Setiap hari, bendahara kelas, baik di tingkat SD, SMP, dan SMA mengumpulkan sumbangan tanpa paksaan. Ada yang Rp 500, ada juga yang Rp 5 ribu. Uang yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Penyaluran bantuan dilakukan oleh Dewan Siswa berdasarkan arahan guru-guru di sekolah itu. 

Bentuk bantuan ada yang berupa uang jajan harian, sarapan, perlengkapan sekolah bahkan sepeda.

Laporan keuangan pengumpulan sumbangan transparan dan akuntabel. Program ini mengajarkan toleransi, solidaritas, kejujuran, dan pertanggunjawaban sejak usia dini.

Program serupa juga bergulir di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, di bawah kepemimpinan Bupati Dico Ganinduto. Pemda Kendal mengupayakan bantuan sosial bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Pada 2021, sekitar 744 anak berkebutuhan khusus di Kendal mendapat bantuan dari Pemda.

Kita butuh pemimpin-pemimpin daerah yang peka akan kondisi masyarakat. Kisah sepatu di Baubau dan siswa pemulung di Sidoarjo seharusnya tak perlu terjadi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com