‘’Orang bilang ayahku meninggal sekitar pukul tujuh pagi. Adikku menangis terus, aku peluk dia dan minta jangan menangis terus,’’sambung Khairil.
Baca juga: Teror Pinjol Ilegal di Solo, meski Tak Pinjam Uang, Korban Tetap Ditagih
Meski berusia 8 tahun, Khairil cukup lancar dalam menceritakan kisahnya. Padahal ia dan adiknya belum pernah bersekolah dan sama sekali belum bisa membaca ataupun menulis.
Cerita yang dituturkannya juga sama persis dengan laporan dari Konsulat RI di Tawau Malaysia, bahwa Aris Bin Saing meninggal pada 25 September 2021 di Hospital Tawau sekitar pukul 07.50 waktu setempat.
Dalam surat tersebut dijelaskan, sebab kematian Aris adalah cardiogen shock secondary to stemi atau dengan kata lain, syok yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
‘’Ayah sakit paru-paru, jadi alat pernafasannya terganggu, itu yang buat meninggal,’’kata Khairil polos.
Sempat kirim uang 3000 RM ke kampung
Kepala DP3A Nunukan Faridah Aryani mengatakan, kedua bocah malang tersebut saat ini dalam asuhan Yayasan Aisiyah Ruhama.
Sejauh ini, DP3A Nunukan belum memiliki bangunan yang layak untuk anak dengan kasus kasus seperti ini, sehingga Pemkab Nunukan menjalin kerja sama dengan panti asuhan untuk menampung dan memberikan konseling dan bimbingan psikologi.
‘’Kami berikan mereka suasana baru. Tidak elok kalau anak usia segitu dengan kondisi yang dalam artian mengguncang jiwanya karena ditinggal pergi ibunya sejak kecil. Mereka korban broken home dan dibesarkan ayahnya, tapi justru ayahnya yang selama ini menjadi pelindung mereka meninggal dunia dalam penampungan,’’katanya prihatin.
Baca juga: Hari Santri, Ganjar Ngantor Pakai Sarung, ASN Jateng Wajib Berpakaian Ala Santri
Dari beberapa penuturan dan laporan yang diterima DP3A Nunukan, Aris selama ini bekerja keras demi membesarkan kedua anaknya.
Ia juga sudah merencanakan agar keduanya bersekolah di Indonesia, yang merupakan negara asal mereka.
Sayangnya saat akan melaksanakan niatnya untuk menyekolahkan anaknya di kampung halaman, ia tertangkap aparat Malaysia dan meninggal dunia di penampungan.
‘’Almarhum bahkan sudah mengirimkan uang ke neneknya sekitar 3.000 ringgit untuk keperluan bersekolah anaknya. Tapi ajal tidak ada yang tahu, semoga anak anaknya bisa menggapai cita citanya yang katanya ingin menjadi askar atau tentara,’’tambahnya.
DP3A Nunukan juga sudah menjalin komunikasi dengan pihak keluarga si bocah yang ada di Sulawesi Selatan.
Lewat video call mereka meminta izin untuk memulihkan kondisi psikis kedua bocah dan meminta pengertian dari pihak keluarga.