BLITAR, KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan masyarakat perkotaan lebih merasakan kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Namun, jumlah warga miskin tetap lebih banyak berada di pedesaan.
"Begitu juga pelambatan ekonomi selama pandemi (Covid-19) juga membuat lebih banyak lagi jumlah warga miskin di perdesaan," ujar Halim di sela kunjungan di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Minggu (17/10/2021).
Baca juga: Wapres Minta Kemiskinan Ekstrem di Papua Barat Dapat Program Penanganan
Namun Halim tidak menyebutkan berapa jumlah warga pedesaan saat ini yang masuk kategori warga miskin.
Dia hanya menyebut jumlah warga pedesaan yang masuk kategori miskin ekstrem di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 sebanyak 10 juta lebih.
"Kalau angka statistik (penduduk miskin ekstrem) sebanyak 10 juta sekian. Tapi riilnya sekarang di desa harus kita hitung lagi," ujarnya.
"Pasti ada kenaikan (akibat pandemi). Itu yang harus kita cek. Supaya tidak ngomong asumsi," tambahnya.
Penduduk miskin ekstrem, kata dia, adalah warga yang memiliki pendapatan Rp 12.000 per hari atau kurang.
Pemulihan ekonomi dari desa
Meski penduduk miskin Indonesia lebih banyak berada di pedesaan, kata Halim, penduduk pedesaan secara umum lebih memiliki kemampuan menahan dampak tekanan ekonomi akibat pandemi.
Menurutnya, selain masih banyak nilai-nilai komunal, masyarakat pedesaan mayoritas tinggal di dekat sumber pangan yang disediakan alam dan lahan pertanian.
Baca juga: Curhat Peternak di Blitar: Harga Telur Stabil Rendah, Jagung Mendekati Rp 6.000 Per Kilogram