Sebab, selain prasasti, museum Airlangga juga menyimpan banyak benda-benda sejarah lainnya. Artinya, banyak pengetahuan yang bisa diserap di sana.
"Kita punya 355 koleksi yang kebanyakan dari era Kerajaan Kediri. Bahkan juga ada fosil hewan purba," ujar Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Disbudparpora Kota Kediri, Selasa (13/10/2021).
Baca juga: Terungkap, Remaja Putri yang Dibunuh Pacar di Kediri Ternyata Tak Hamil
Apa yang dilakukan oleh museum Airlangga itu merupakan bagian dari contoh kreativitas dalam menjaga eksistensi museum saat ini.
Aktivis sejarah dari Pelestari Sejarah Budaya Khadiri (PASAK) Novi Bahrul Munib mengatakan, era digital yang juga ditambah dengan kondisi pandemi memang tantangan tersendiri bagi museum.
"Saat ini museum harus kreatif dan inovatif untuk menjaga eksistensinya," ujar aktivis yang juga Penggiat Budaya Kemendikbud ini.
Menurutnya, kondisi pandemi seperti saat ini merupakan momentum bagi museum untuk mengembangkan lini digital.
Dengan demikian, meski tidak ada kunjungan fisik secara langsung di museum, pelayanan masyarakat tetap bisa dilakukan dengan kunjungan pada versi digital itu.
Baca juga: Hasil Autopsi Remaja yang Dibunuh Pacarnya di Kediri, Ditemukan Kandungan Sianida
Selain itu, museum juga harus proaktif berkegiatan yang melibatkan atau merangkul masyarakat. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
"Kegiatannya bisa dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Intinya untuk merangkul masyarakat," lanjutnya.
Selanjutnya, sebagai persiapan menghadapi new normal, museum menurutnya juga harus berbenah. Misalnya soal tata letak benda koleksi hingga soal fasilitas pendukung.
Sebab, selama ini ada kesan bahwa museum tempilannya monoton dan kurang kreatif dalam penataan ruang.
Baca juga: Seorang Wanita di Kediri Tewas Tertabrak Kereta Api, Sebelumnya Sempat Menghilang dari Rumah
Soal fasilitas pendukung, misalnya mengenai keberadaan toilet. Keberadaannya harus terjangkau bagi pengunjung agar semakin betah dan berlama-lama di museum.
"Di museum Airlangga itu kalau mau ke toilet, harus keluar museum. Jadi ribet," katanya.
Bahkan, kata dia, sudah selayaknya museum menjadi tempat berkegiatan atau tempat berkumpul yang menyenangkan bagi pengunjungnya.
Itu menurutnya dapat dilakukan dengan memberikan wadah untuk menampung para komunitas berkegiatan di tempat itu.
"Misalnya teman-teman teater juga bisa manggung di situ," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.