Salin Artikel

Mempelajari Aksara Jawa Kuno di Museum Airlangga Kediri

Museum milik daerah yang terletak di kawasan wisata Selomangleng itu berkegiatan secara maraton pada 12-15 Oktober 2021.

Hanya saja karena masih pandemi, kegiatan pun bersifat terbatas. Apalagi operasional museum juga belum aktif sehingga belum menerima kunjungan umum.

Belajar aksara jawa kuno

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari aksara Jawa kuno atau aksara Kawi.

Aksara ini banyak dipakai pada era kerajaan dahulu.

Kegiatan ini mengajak sekelompok pelajar untuk hadir langsung di museum untuk mempelajari dasar-dasar aksara.

Selepas itu, para pelajar diajak praktik menulis dan membaca secara langsung tulisan pada berbagai prasasti yang ada di museum itu.

Museum Airlangga tersebut memang banyak menyimpan berbagai macam prasasti peninggalan era kerajaan, salah satunya prasasti Kusmala.

Hasil pembelajaran itu kemudian harus mereka unggah pada akun media sosial masing-masing.

Dalam konteks pembelajaran, kegiatan tersebut dinilai bisa menghadirkan pengalaman yang lengkap bagi pesertanya. Sekaligus membumikan museum di dunia maya.

Lebih jauh kegiatan itu bisa menjadi rangsangan agar para siswa semakin terpacu mempelajari benda-benda lain koleksi museum.

"Kita punya 355 koleksi yang kebanyakan dari era Kerajaan Kediri. Bahkan juga ada fosil hewan purba," ujar Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Disbudparpora Kota Kediri, Selasa (13/10/2021).

Tantangan museum

Apa yang dilakukan oleh museum Airlangga itu merupakan bagian dari contoh kreativitas dalam menjaga eksistensi museum saat ini.

Aktivis sejarah dari Pelestari Sejarah Budaya Khadiri (PASAK) Novi Bahrul Munib mengatakan, era digital yang juga ditambah dengan kondisi pandemi memang tantangan tersendiri bagi museum.

"Saat ini museum harus kreatif dan inovatif untuk menjaga eksistensinya," ujar aktivis yang juga Penggiat Budaya Kemendikbud ini.

Menurutnya, kondisi pandemi seperti saat ini merupakan momentum bagi museum untuk mengembangkan lini digital.

Dengan demikian, meski tidak ada kunjungan fisik secara langsung di museum, pelayanan masyarakat tetap bisa dilakukan dengan kunjungan pada versi digital itu.

Selain itu, museum juga harus proaktif berkegiatan yang melibatkan atau merangkul masyarakat. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum.

"Kegiatannya bisa dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Intinya untuk merangkul masyarakat," lanjutnya.

Selanjutnya, sebagai persiapan menghadapi new normal, museum menurutnya juga harus berbenah. Misalnya soal tata letak benda koleksi hingga soal fasilitas pendukung.

Sebab, selama ini ada kesan bahwa museum tempilannya monoton dan kurang kreatif dalam penataan ruang.

Soal fasilitas pendukung, misalnya mengenai keberadaan toilet. Keberadaannya harus terjangkau bagi pengunjung agar semakin betah dan berlama-lama di museum.

"Di museum Airlangga itu kalau mau ke toilet, harus keluar museum. Jadi ribet," katanya.

Bahkan, kata dia, sudah selayaknya museum menjadi tempat berkegiatan atau tempat berkumpul yang menyenangkan bagi pengunjungnya.

Itu menurutnya dapat dilakukan dengan memberikan wadah untuk menampung para komunitas berkegiatan di tempat itu.

"Misalnya teman-teman teater juga bisa manggung di situ," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/13/200200678/mempelajari-aksara-jawa-kuno-di-museum-airlangga-kediri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke