"(Bikin konten) ada yang berbicara seperti itu. Cuma kalau memang kita berbicara bikin konten seharusnya ada videonya. Kan ini enggak ada karena teman-temannya kabur," kata Ilyas menambahkan.
Peristiwa serupa juga pernah terjadi di Jalan Raya Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan.
Sekumpulan bocah mengadang truk saat sedang melintas untuk kepentingan konten di media sosial.
Akibatnya, seorang remaja 14 tahun berinisial MH tewas akibat terlindas truk saat memberhentikan truk bersama teman-temannya saat sedang membuat konten video.
Lalu, mengapa mereka nekat melakukan hal tersebut?
Psikolog asal Solo Hening Widyastuti menjelaskan, hal nekat seperti kejadian di atas sebelumnya banyak sekali dilakukan oleh anak-anak remaja belasan tahun, mulai dari yang duduk di bangku kelas 6 SD hingga SMU.
Usia belasan tahun tergolong sebagai remaja awal yang secara psikologis memiliki ikatan pertemanan yang lebih kuat dibanding ikatan dengan keluarga.
"Ikatan komunitasnya remaja (awal) itu kuat, benar-benar seperti magnet buat mereka dibanding dengan keluarga," kata Hening.
Ikatan pertemanan yang sangat kuat di kalangan remaja inilah yang pada akhirnya membentuk perilaku remaja.
Untuk kasus remaja mencegat truk di jalanan, Hening mengatakan jelas bahwa kasus remaja ini dipengaruhi oleh lingkungan pertemanannya.
"Setiap harinya, mungkin mereka hanya melihat teman-temannya, ikut-ikutan, lalu lama kelamaan dia merasa nyaman dan akhirnya berani memberhentikan truk yang luar biasa besar dibanding badannya," kata Hening.
"Enggak pikir panjang, bahayanya apa, risiko terberatnya apa. Itu sama sekali remaja enggak pikir ke sana, si individu ini ya," ucap Hening.
Kaitannya dengan melakukan aksi berbahaya demi konten, Hening berkata, tren saat ini memang di konten.
Ketika dulu media sosial belum ramai, aksi seperti ini jarang terekspos. Setelah ada media sosial dengan konten serupa, remaja yang melihat aksi berbahaya dalam konten tanpa disadari menumbuhkan keinginan untuk melakukan hal serupa.
"Untuk menunjukkan dirinya, aku beda lho. Ingin eksistensi tanpa memikirkan risikonya," ucap Hening. (Gloria Setyvani Putri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.