Halima, sapaan Halimatus Sa'diyah mengungkapkan, memang kebanyakan para penjual nasi krawu yang ada di Gresik merupakan orang Madura.
Kendati sejalan dengan perkembangan waktu, ada juga penjual nasi krawu yang bukan merupakan warga Madura.
Khusus untuk warung nasi krawu Buk Tiben, Halima mengatakan, sudah mulai eksis sejak 1979.
Halima sendiri merupakan anak bungsu Bu Tiben, dari 11 bersaudara.
Seiring perkembangan waktu, anak-anak dari Buk Tiben kemudian ada yang mengikuti jejak orangtua mereka dengan membuka warung nasi krawu.
Sudah ada enam cabang warung yang berhasil dibuka, salah satunya warung nasi krawu Buk Timan yang juga cukup terkenal di Gresik.
Buk Timan, juga merupakan salah satu anak dari Bu Tiben.
"Tidak hanya di Gresik, ada juga yang buka di Surabaya dan Madura di dekat Jembatan Suramadu. Tapi enggak kayak di sini (tidak seberapa laku), padahal aslinya nasi krawu itu ya dari orang Madura," kata Halima sembari tersenyum.
Baca juga: Jojong Dao dan Latung, Makanan Tradisional Warga Manggarai yang Terancam Punah
Halima mengaku, pandemi Covid-19 serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) turut berimbas terhadap omzet penjualan nasi krawu di warung Buk Tiben.
Namun, penjualan nasi krawu di tempatnya kini mulai kembali menggeliat, setelah Gresik berada di Level II PPKM.
"Sehari bisa 300 sampai 400 porsi (terjual), malah sebelum pandemi bisa sampai 500 porsi," ucap Halima.
Kendati demikian, Halima tetap merasa bersyukur barang dagangan yang dijual masih tetap dicari dan digemari oleh warga.
Seiring kondisi Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, membuat pihaknya mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran.
"Bukanya itu mulai pukul 06.00 WIB. Tapi memang kebanyakan dibungkus, dibawa pulang," tutur Halima.
Baca juga: Tanean Lanjhang, Rumah Adat Madura, Simbol Kuatnya Kekerabatan dan Keharmonisan Cinta