"Saya harus jalan kaki sama Mamah ke belakang lewat sawah, kuburan dan gunung. Saya juga ikut jatuh saat itu sama ibu. Saya dan teman-teman selalu nanya ke Bu Guru, kenapa jalan sekolah ditutup dan dibenteng?" kata Natasha.
Hal sama diutarakan Rina (12), siswa kelas VI sekolah tersebut yang mengaku kaget saat awal masuk PTM tak ada jalan lagi saat hendak masuk kelas.
Rina menyebut saat dua pekan lalu dirinya bahagia bisa masuk sekolah lagi saat PPKM Level 3 Kota Tasikmalaya dan semangat pergi ke sekolah kala itu.
Saat hendak belok di Jalan SL Tobing depan sekolahnya, dirinya bingung tak bisa masuk sekolah karena ada benteng 3 meter menjulang meghalangi bangunan sekolah.
"Saya bingung kenapa sekolah saya tidak ada jalan, tak bisa masuk ke sekolah. Saya langsung tanya ke warga sekitar gak ada yang jawab, saya teriak saja ke Ibu Guru. Bu Guru pun balas di belakang benteng, katanya lewat jalan belakang Nak," kata Rina.
Saat itulah, semua murid di sekolahnya berharap permasalahan benteng ini cepat selesai dan bisa dibuka kembali untuk jalan masuk sekolah.
Dirinya selama ini bersama murid lainnya hanya ingin bisa masuk sekolah tanpa harus melewati jalan yang lebih berbahaya melewati pinggir pesawahan, kuburan dan tebing banyak batu besar di atasnya.
"Itu tebing banyak batu Pak, gimana coba kalau saya saat lewat batu itu jatuh. Kalau dulu kan lewat sini langsung ke depan jalan besar," ungkap dia sembari menunjukkan bekas jalan utama sekolah yang kini berdiri kokoh benteng beton.
Para orangtua dan guru sekolah itu pun telah beberapa kali mengalami jatuh saat melewati jalan darurat pesawahan dan jalan setapak perbukitan yang masih dipenuhi semak-semak belukar.
Jalan darurat melewati belakang sekolah itu hampir lima kali lipat jauhnya ketimbang jalan utama yang kini ditutupi tembok beton oleh penilik lahan di depannya.
“Bukan hanya para orangtua yang mengalami jatuh dan sering terpeleset saat melewati jalan daruat itu. Kami pun para guru sudah ada dua orang guru yang terjatuh saat melewati jalan darurat belakang sekolah ini. Bukan hanya jalannya yang kecil, tapi kondisinya yang terjal dan banyak berbatu membahayakan semua orang yang melewatinya,” jelas Sri Mulyani.
Sri pun selama ini setiap pagi bersama seluruh gurunya selalu menyambut muridnya di belakang sekolah karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan kondisi jalan darurat yang membahayakan tersebut.
Apalagi, bagi siswa usia masih anak seperti murid kelas I dan II yang selama ini tak diantar oleh orang tuanya ke sekolah.
Adapun siswa yang selalu diantar orang tuanya pun selalu ada laporan sering terjatuh saat mengantar anaknya lewat jalan darurat tersebut.
“Kita khawatir anak-anak yang usianya masih kecil dan baru masuk akan berbahaya kalau lewat jalan darurat lewat belakang itu. Yang orang tuanya mengantar anaknya setiap hari saja, banyak laporan sering terjatuh, karena memang jalan masuknya terjal dan berbatu serta menanjak,” tambahnya.
Pemerintah Kota Tasikmalaya tengah berupaya mengklarifikasi bukti sah kepemilikan sebidang tanah yang menutup akses jalan bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Soalnya, sekolah yang sudah berdiri puluhan tahun itu selama ini akses jalannya tak ada yang mengklaim tanah pribadi sampai ditutup jalan masuk oleh benteng beton setinggi 3 meter.
"Kami juga terkejut, ada masyarakat yang mengklaim akses jalan masuk sekolah dan kondisinya sudah dibenteng tembok. Kami akan cari solusi, kami sudah perintahkan bagian aset supaya klarifikasi bukti kepemilikannya. Kalau pun iya itu milik pribadi, kita akan pendekatan kepada pemiliknya supaya bisa dibeli oleh Pemkot sebagai jalan akses masuk ke sekolah itu," jelas Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan, kepada Kompas.com di kantornya, Rabu (1/9/2021).
Ivan menambahkan, seusai akses jalan masuk ke sekolah itu ditutup benteng beton, semua murid sekolah itu mesti lewat jalan darurat ke belakang bekas Galian C yang khawatir akan membahayakan.
Padahal, akses jalan utama sekolah itu memang sudah dipakai puluhan tahun lalu sejak berdirinya bangunan itu langsung ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.
"Iah, masuk sekolah kemarin, dan diketahui kondisinya sudah ditembok. Memang akses jalan sekolah yang baik adalah akses jalan yang dibenteng itu karena mudah dijangkau anak-anak," tambah Ivan.
Baca juga: Cerita Siswa SD yang Ditutup Benteng 3 Meter, Harus Susuri Sawah dan Kuburan untuk Masuk Sekolah
Pemkot Tasikmalaya pun akan secepatnya berkomunikasi dengan pemilik lahan jika sesuai hasil klarifikasi sah nantinya dengan cara merelakan sekitar satu atau dua meter untuk akses jalan masuk sekolah tersebut.
Adapun nantinya harus dilakukan pembelian sebidang tanah untuk jalan tersebut, lanjut Ivan, pihaknya telah menganggarkan buat pembayarannya.
Namun, Ivan akan memastikan pemilik lahan memberikan akses jalan terlebih dahulu demi kepentingan pendidikan generasi bangsa di Kota Tasikmalaya tersebut.
"Saya yakin, dengan pendekatan nanti ke pemilik lahan akan memberikan akses jalan kembali untuk sekolah itu. Karena, saya yakin warga di Kota Tasikmalaya sangat tahu betul dan sangat aktif dalam mendukung sektor pendidikan di Kota Tasikmalaya," ucap Ivan.
Polsek Cihideung, Polresta Tasikmalaya, turun tangan mengecek keabsahan sertifikat pemilik lahan yang mendirikan "benteng" beton setinggi 3 meter menutup akses jalan bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2, Cihideung, Kota Tasikmalaya.
Soalnya, selama ini sudah bertahun-tahun lamanya sekolah tersebut memakai akses jalan utama ke tanah yang kini tertutup seluruhnya oleh pagar beton tersebut.
"Saya sudah cek ke Kelurahan Tugujaya, ternyata betul sesuai data dari Kelurahan, tanah itu milik seorang warga. Kami pun mengecek satu lagi tanah di depan sekolah itu, ternyata di kelurahan belum tercatat jelas siapa pemiliknya," jelas Kepala Polsek Cihideung, Polresta Tasikmalaya, AKBP Zaenal Mutaqin, kepada wartawan seusai mengecek lokasi bangunan sekolah, Selasa (1/9/2021).