Salin Artikel

Kronologi Jalan Masuk SD di Tasikmalaya Ditutup Tembok 3 Meter, Berawal Pemilik Tanah Ketakutan Diklaim Pemerintah

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, tak memiliki akses jalan usai ditutup bangunan benteng setinggi 3 meter oleh pemilik lahan pribadi di depannya.

Semula sebanyak 167 siswa dan guru di sekolah tersebut memiliki akses jalan utama dengan lebar sekitar 2 meter ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

Namun, sejak awal tahun 2021 saat tak ada aktivitas pembelajaran tatap muka akibat pandemi, akses jalan utama itu ditutup oleh seseorang yang mengaku pemilik lahan sah dengan benteng setinggi 3 meter.

Pihak sekolah pun sempat kebingungan akses jalan bagi murid untuk belajar saat dimulai kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas saat penerapan PPKM Level 3 sejak dua pekan lalu.

Penutupan oleh benteng tembok beton 3 meter tersebut bermula saat pemiliknya khawatir tanahnya akan diklaim oleh pemerintah seusai ada pengaspalan halaman depan sekolah oleh salah seorang dewan daerah setempat tanpa izin ke pemilik sebelumnya.

Kepala Sekolah SDN Tugu 2 Sri Mulyani menjelaskan, awalnya, pihak sekolah punya jalan utama ke depan jalan, karena sekolahnya berada di pinggir jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

"Namun, enggak tahu kenapa ada keputusan sertifikat katanya dari BPN bahwa akses jalan sekolah tersebut milik seseorang. Nah, oleh pemilik lahan itu dibenteng 3 meter ditutup seluruhnya sehingga sekolah tak punya jalan masuk," jelas Sri Mulyani, kepada Kompas.com di kantornya, Sabtu (4/9/2021).

Sri pun mendapatkan informasi dari perwakilan orangtua dan komite sekolah bahwa awalnya pemilik lahan tak masalah membiarkan sebagian tanahnya dijadikan akses jalan utama sekolah.

Namun, ada informasi bahwa pemilik tanah khawatir bahwa tanahnya diklaim oleh pemerintah, lalu membentengnya setinggi 3 meter.

Permasalahan ini pun telah diketahui Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

Bahkan, sempat ada pertemuan antara pemilik lahan, masyarakat sekitar, pihak sekolah dan dinas terkait setempat membahas berkaitan akses jalan sekolah ini.

Seusai ditutup benteng, lanjut Sri, pihak sekolah sama sekali tak memiliki akses jalan masuk.

Sehingga, ratusan murid sekolah tersebut terpaksa harus melewati jalan belakang menyusuri jalan pesawahan dan lewat kuburan untuk bisa bersekolah saat PTM terbatas dibuka lagi.

"Kalau sekarang, murid jalan kaki ke belakang, itu juga ada beberapa orang warga pemilik tanah yang baik hati dan memberikan akses jalan darurat. Jadi, murid sekarang sementara lewat sana dulu untuk bisa bersekolah," ungkap Sri.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya Budiaman Sanusi, membenarkan tak adanya akses jalan ke SDN Tugu 2 di wilayahnya akibat ditutup benteng setinggi 3 meter oleh pemilik lahan yang mengklaim disahkan oleh sertifikat yang dikeluarkan BPN Kota Tasikmalaya.

Pihaknya pun beberapa kali melakukan pertemuan membahas akses jalan utama tersebut sampai mendapatkan hasil diberikan jalan selebar setengah meter saja.

Namun, sampai sekarang tak bisa dibangun karena akses jalan yang diberikan setengah meter itu sangat sempit dan tetap tak bisa digunakan.

"Pernah ada pertemuan membahas ini dan hasilnya yang ditutup benteng itu pemiliknya memberikan akses jalan lebar setengah meter dari sekolah ke jalan. Namun, kita akan usahakan ke pemilik lahan satunya lagi supaya memberikan setengah meter lagi supaya bisa jadi akses jalan sekolah. Jadi depan sekolah ini ada dua pemilik lahan berbeda orang," kata Budiaman.

Ratusan pelajar terpaksa lewat pesawahan dan kuburan

Ratusan siswa di sekolah itu terpaksa berjalan kaki lewat jalan setapak belakang bangunan sekolah seusai ada beberapa warga pemilik lahan mengizinkan dijadikan jalan akses masuk ke sekolah tersebut.

Awalnya saat pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dibuka dua pekan lalu, bangunan sekolah tersebut tak bisa diakses karena jalan masuknya ditutup benteng pemilik lahan di depannya saat berlaku belajar daring akibat Pandemi Covid-19.

"Sekarang saya mengantar anak ke sekolah harus lewat pesawahan dan lewati kuburan, karena jalan di depan ditutup benteng 3 meter, tinggi. Katanya, pemilik lahan dulu menjual ke seseorang dan akses masuk sekolah lewat depan jalan besar ditutup total, dibenteng," jelas Nina Herlina (45), salah seorang orang tua siswa sekolah tersebut usai mengantar anaknya PTM, Selasa (31/8/2021).

Nina berharap akses jalan utama sekolah anaknya bisa kembali dibuka karena dengan akses darurat saat ini sangat rawan kondisinya bagi anak-anak.

Dirinya sempat jatuh terperosok bersama anaknya ke sawah saat kondisi hujan usai mengantar anaknya PTM terbatas di kelas.

Apalagi, akses jalan darurat ke sekolah anaknya selama ini bukan hanya melewati kuburan, pesawahan, tapi tebing gunung sisa Galian C yang membahayakan pelajar.

Dari jalan pinggir sawah menuju akses masuk darurat belakang sekolah ini kondisinya menanjak menaiki sisa bukit akibat galian dengan batu kerikil yang licin saat dilewati seseorang dan motor.

"Kemarin juga saya jatuh terperosok ke sawah di depan sana saat jalan antar anak pulang. Terus lewat sini motor rawan terperosok karena licin banyak kerikil. Semua orangtua juga protes kenapa sampai tega askes jalan sekolah ditutup benteng begitu oleh pemiliknya katanya sih itu juga, enggak tahu pemilik benar atau tidaknya," tambah Nina.

Hal sama diungkapkan salah seorang murid kelas IV SDN Tugu 2, Natasha (10), yang mengaku sangat berat sekali harus berjalan kaki memutar ke belakang saat hendak pergi ke sekolahnya.

Padahal, dirinya bersama teman-temannya biasanya selalu masuk lewat depan sekolah lewat Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya, untuk belajar di kelas.

"Saya harus jalan kaki sama Mamah ke belakang lewat sawah, kuburan dan gunung. Saya juga ikut jatuh saat itu sama ibu. Saya dan teman-teman selalu nanya ke Bu Guru, kenapa jalan sekolah ditutup dan dibenteng?" kata Natasha.

Hal sama diutarakan Rina (12), siswa kelas VI sekolah tersebut yang mengaku kaget saat awal masuk PTM tak ada jalan lagi saat hendak masuk kelas.

Rina menyebut saat dua pekan lalu dirinya bahagia bisa masuk sekolah lagi saat PPKM Level 3 Kota Tasikmalaya dan semangat pergi ke sekolah kala itu.

Saat hendak belok di Jalan SL Tobing depan sekolahnya, dirinya bingung tak bisa masuk sekolah karena ada benteng 3 meter menjulang meghalangi bangunan sekolah.

"Saya bingung kenapa sekolah saya tidak ada jalan, tak bisa masuk ke sekolah. Saya langsung tanya ke warga sekitar gak ada yang jawab, saya teriak saja ke Ibu Guru. Bu Guru pun balas di belakang benteng, katanya lewat jalan belakang Nak," kata Rina.

Saat itulah, semua murid di sekolahnya berharap permasalahan benteng ini cepat selesai dan bisa dibuka kembali untuk jalan masuk sekolah.

Dirinya selama ini bersama murid lainnya hanya ingin bisa masuk sekolah tanpa harus melewati jalan yang lebih berbahaya melewati pinggir pesawahan, kuburan dan tebing banyak batu besar di atasnya.

"Itu tebing banyak batu Pak, gimana coba kalau saya saat lewat batu itu jatuh. Kalau dulu kan lewat sini langsung ke depan jalan besar," ungkap dia sembari menunjukkan bekas jalan utama sekolah yang kini berdiri kokoh benteng beton.

Para orangtua dan guru sekolah itu pun telah beberapa kali mengalami jatuh saat melewati jalan darurat pesawahan dan jalan setapak perbukitan yang masih dipenuhi semak-semak belukar.

Jalan darurat melewati belakang sekolah itu hampir lima kali lipat jauhnya ketimbang jalan utama yang kini ditutupi tembok beton oleh penilik lahan di depannya.

“Bukan hanya para orangtua yang mengalami jatuh dan sering terpeleset saat melewati jalan daruat itu. Kami pun para guru sudah ada dua orang guru yang terjatuh saat melewati jalan darurat belakang sekolah ini. Bukan hanya jalannya yang kecil, tapi kondisinya yang terjal dan banyak berbatu membahayakan semua orang yang melewatinya,” jelas Sri Mulyani.

Sri pun selama ini setiap pagi bersama seluruh gurunya selalu menyambut muridnya di belakang sekolah karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan kondisi jalan darurat yang membahayakan tersebut.

Apalagi, bagi siswa usia masih anak seperti murid kelas I dan II yang selama ini tak diantar oleh orang tuanya ke sekolah.

Adapun siswa yang selalu diantar orang tuanya pun selalu ada laporan sering terjatuh saat mengantar anaknya lewat jalan darurat tersebut.

“Kita khawatir anak-anak yang usianya masih kecil dan baru masuk akan berbahaya kalau lewat jalan darurat lewat belakang itu. Yang orang tuanya mengantar anaknya setiap hari saja, banyak laporan sering terjatuh, karena memang jalan masuknya terjal dan berbatu serta menanjak,” tambahnya.

Pemkot Tasikmalaya upayakan solusi

Pemerintah Kota Tasikmalaya tengah berupaya mengklarifikasi bukti sah kepemilikan sebidang tanah yang menutup akses jalan bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Soalnya, sekolah yang sudah berdiri puluhan tahun itu selama ini akses jalannya tak ada yang mengklaim tanah pribadi sampai ditutup jalan masuk oleh benteng beton setinggi 3 meter.

"Kami juga terkejut, ada masyarakat yang mengklaim akses jalan masuk sekolah dan kondisinya sudah dibenteng tembok. Kami akan cari solusi, kami sudah perintahkan bagian aset supaya klarifikasi bukti kepemilikannya. Kalau pun iya itu milik pribadi, kita akan pendekatan kepada pemiliknya supaya bisa dibeli oleh Pemkot sebagai jalan akses masuk ke sekolah itu," jelas Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan, kepada Kompas.com di kantornya, Rabu (1/9/2021).

Ivan menambahkan, seusai akses jalan masuk ke sekolah itu ditutup benteng beton, semua murid sekolah itu mesti lewat jalan darurat ke belakang bekas Galian C yang khawatir akan membahayakan.

Padahal, akses jalan utama sekolah itu memang sudah dipakai puluhan tahun lalu sejak berdirinya bangunan itu langsung ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

"Iah, masuk sekolah kemarin, dan diketahui kondisinya sudah ditembok. Memang akses jalan sekolah yang baik adalah akses jalan yang dibenteng itu karena mudah dijangkau anak-anak," tambah Ivan.

Pemkot Tasikmalaya pun akan secepatnya berkomunikasi dengan pemilik lahan jika sesuai hasil klarifikasi sah nantinya dengan cara merelakan sekitar satu atau dua meter untuk akses jalan masuk sekolah tersebut.

Adapun nantinya harus dilakukan pembelian sebidang tanah untuk jalan tersebut, lanjut Ivan, pihaknya telah menganggarkan buat pembayarannya.

Namun, Ivan akan memastikan pemilik lahan memberikan akses jalan terlebih dahulu demi kepentingan pendidikan generasi bangsa di Kota Tasikmalaya tersebut.

"Saya yakin, dengan pendekatan nanti ke pemilik lahan akan memberikan akses jalan kembali untuk sekolah itu. Karena, saya yakin warga di Kota Tasikmalaya sangat tahu betul dan sangat aktif dalam mendukung sektor pendidikan di Kota Tasikmalaya," ucap Ivan.

Polisi turun tangan cek keabsahan pemilik tanah

Polsek Cihideung, Polresta Tasikmalaya, turun tangan mengecek keabsahan sertifikat pemilik lahan yang mendirikan "benteng" beton setinggi 3 meter menutup akses jalan bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2, Cihideung, Kota Tasikmalaya.

Soalnya, selama ini sudah bertahun-tahun lamanya sekolah tersebut memakai akses jalan utama ke tanah yang kini tertutup seluruhnya oleh pagar beton tersebut.

"Saya sudah cek ke Kelurahan Tugujaya, ternyata betul sesuai data dari Kelurahan, tanah itu milik seorang warga. Kami pun mengecek satu lagi tanah di depan sekolah itu, ternyata di kelurahan belum tercatat jelas siapa pemiliknya," jelas Kepala Polsek Cihideung, Polresta Tasikmalaya, AKBP Zaenal Mutaqin, kepada wartawan seusai mengecek lokasi bangunan sekolah, Selasa (1/9/2021).

Zaenal menambahkan, pihaknya turun langsung memantau permasalahan ini karena khawatir ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi menjadi lebih keruh.

Sehingga, kepolisian akan terus mengawasi penyelesaian permasalahan ini yang dilakukan oleh Pemkot Tasikmalaya, supaya sekolah tersebut memiliki akses jalan utama kembali ke depan Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

Apalagi, kepolisian berharap adanya solusi supaya jalan kembali dibuka karena demi kepentingan pendidikan tanpa merugikan berbagai pihak yang terkait.

"Ini kan permasalahannya sangat sentral sekali tentang kepentingan pendidikan. Kami berharap proses komunikasi akan berjalan lancar antara perwakilan Pemkot Tasikmalaya dan pemilik lahan," tambah dia.

Sembari proses itu dilaksanakan, lanjut Zaenal, pihaknya pun akan melakukan pertemuan dengan para pemilik lahan di depan sekolah tersebut.

Sesuai data kelurahan setempat, lahan depan bangunan sekolah tersebut dimiliki oleh dua orang.

Salah satunya sudah diketahui ahli warisnya, sementara satu lagi masih ditelusuri oleh Kepolisian.

"Saya sudah kerahkan anggota berbagai fungsi untuk mencari tahu pemilik lahan satunya lagi. Karena baru satu pemilik lahan yang sudah memberikan tanah jalan masuk sekolah setengah meter. Satunya lagi beredar info milik Memey salahsatu pengusaha pakaian, tapi setelah dikroscek katanya bukan milik Memey," tambah Zaenal.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, sempat berang saat meninjau dan melihat langsung bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kota Tasikmalaya yang akses jalannya ditutup oleh para pemilik lahan di depannya pada Jumat (3/9/2021) pagi.

Permasalahan ini harus segera dimusyawarahkan bersama pemilik lahan dan jika tak muncul terus pemiliknya, pemerintah akan bersikap karena selama ini bangunan tembok itu tak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan menyalahi aturan.

"Harus dimusyawarahkan dengan pihak pemilik, karena pemilik tak mau memberikan akses jalan selama ini. Pemilik ini bangunannya tidak ada IMB, pagar terlalu tinggi dan banyak lagi tak sesuai aturan,"jelas Uu.

Menurut Uu, ada solusi, pemilik bisa memanfaatkan tanahnya dan pemerintah punya akses jalan sekolah seperti sebelumnya.

"Kalau tidak selesai dengan musyawarah, ini harus ada akses keluar. Pemerintah akan bersikap, harus dan wajib ada akses jalan lagi,"  kata Uu lagi.

Dia menambahkan, pihak Provinsi Jawa Barat akan menunggu dulu penyelesaian permasalahan ini oleh Pemkot Tasikmalaya.

Dirinya datang ke lokasi seusai diperintahkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung setelah berita ini viral di berbagai media massa.

"Saya ditugaskan langsung oleh Pak Gubernur Jawa Barat ke sekolah ini. Ternyata ini pemiliknya tak pernah datang saat dipangil oleh pihak pemerintah setempat," tambah Uu.

Uu pun mengaku saat di lokasi diminta masyarakat untuk segera membongkar tembok beton 3 meter yang menutup akses jalan sekolah tersebut.

Soalnya, memang selama ini pemiliknya tak pernah mau berkomunikasi dengan pemerintahan setempat dan tak menjalankan norma sosial untuk kepedulian kepentinhan pendidikan di Kota Tasikmalaya.

"Saya datang melihat dan bertanya kepada kepsek, ketua komite, pemerintahan kota juga hadir. Barusan kata masyarakat bilang bongkar saja, pasti pemiliknya datang. Jadi seolah olah dia (pemilik) tenang saja, dia seperti pemilik saja, mentang mentang punya sertifikat. Kita ini hidup di Indonesia. Tak cukup normatif asal punya sertifikat, norma sosialnya mana? Saya menunggu kota Tasikmalaya bisa selesaikan ini gak? Tapi, saya yakin oleh kota selesai. Tapi kalau enggak beres pun, Pemprov akan bantu kota," ujar Uu.

Uu pun berharap pemiliknya datang dan menemui pemerintah setempat untuk bermusyawarah.

Apalagi, selama ini pihak DPRD Kota Tasikmalaya telah menjadwalkan pertemuan dengan pemiliknya secepatnya.

"Ini paling perlu dua meter cukup asal bisa motor dan jalan bisa. Karena sekarang ini semuanya tertutup. Lihat, posisinya sudah tutup oleh benteng beton. Dari provinsi sudah muncul ke lokasi, kalau tak datang saat diundang oleh DPRD nanti, itu sanksinya kurungan penjara," ujar dia.

Sesuai informasi terbaru, bahwa pemilik tanah tersebut sebenarnya sudah beberapa kali merasa tanahnya diklaim oleh pemerintah selama ini.

Namun, pemilik lahan berencana akan mempersilakan tanahnya yang selama ini dipakai jalan sekolah untuk dibuka kembali dengan penggantian lahan oleh pemerintah.

Hal itu akan dibahas pada pertemuan langsung bersama pemerintah di kantor DPRD Kota Tasikmalaya yang rencananya akan dilaksanakan pada Senin (6/9/2021) mendatang.

"Iya akan ada pembahasan solusi terbaik nanti dengan pemilik tanah di kantor dewan senin besok. Insya Allah permasalahan ini akan cepat selesai," tambah Uu.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/04/113936378/kronologi-jalan-masuk-sd-di-tasikmalaya-ditutup-tembok-3-meter-berawal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke