Selain itu, pasukan Belanda membuat pos penjagaan di sejumlah titik lokasi jalan poros Tuban-Babat yang menjadi jalur utama menuju Surabaya.
Di antaranya pos penjagaan di Jembatan Kaliklero, Dusun Kepet Desa Tunah, dan pos penjagaan di tepi hutan penjalin Desa Gesing, Kecamatan Semanding, Tuban.
Pos penjagaan tersebut difungsikan tentara Belanda untuk mengamankan jalan poros Tuban-Babat, jaringan telepon, jalur kereta api, serta pengamanan wilayah yang ada di sekitarnya.
Sementara itu, Komandan Brigade I Ronggolawe, Letkol Soedirman yang berkedudukan di Temayang, Bojonegoro, memerintahkan Komandan Seksi M Soetadi melakukan pengintaian dan mengumpulkan informasi kekuatan dan pergerakan pasukan tentara Belanda.
Serma Moestadjab anggota staf 1 Gedelegeerde Komando Distrik Militer Tuban pun ikut membantu melakukan tugas intelijen tersebut sekaligus melakukan perlawanan kecil di wilayah pendudukan Belanda di Tuban.
Berbagai upaya dilancarkan Serma Mustajab bersama pasukannya untuk melawan pasukan Belanda, mulai dari infiltrasi, sabotase, merusak jaringan telepon, rel kereta api, perusakan jembatan, penculikan, dan pengadangan.
Puncaknya, pada 20 April 1949 pagi, pasukan yang dipimpin Serma Mustajab dibantu masyarakat sekitar berhasil menyerang pasukan Belanda di pos penjagaan Jembatan Kaliklero, Dusun Kepet, Desa Tunah.
Baca juga: Perpanjangan PPKM, Situs Cagar Budaya Majapahit Masih Tutup bagi Wisatawan
Dalam penyerangan itu, lima tentara Belanda dan seorang pembantu wanita tewas. Para pejuang saat itu menggunakan senjata caluk dan sabit. Mereka sebelumnya menyamar sebagai kuli bangunan di pos penjagaan.
Setelah penyerangan itu, para pejuang merampas sejumlah senapan, pistol, dan beberapa peralatan milik Belanda di pos tersebut.
Dalam peristiwa penyergapan dan pembunuhan tersebut, seluruh pejuang berhasil selamat dari kejaran pasukan Belanda yang sedang patroli.
Namun, beberapa hari kemudian Kardi yang menjadi Kepala Desa Tunah dikabarkan tertangkap dan dibunuh oleh pasukan Belanda.
Untuk mengenang pertempuran itu, sebuah monumen yang dikenal dengan Monumen Kepet didirikan.
Monumen yang dibangun di bekas lokasi pos penjagaan Jembatan Kaliklero, di tepi jalan raya Trans Nasional Tuban-Babat, Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Tuban.
Sumardi menjelaskan, keberadaan monumen tersebut untuk mengenang sejarah perjuangan rakyat bersama TNI dalam melawan penjajahan Belanda.
Pada bagian atas monumen terdapat dua patung. Salah satu patung terlihat berdiri di belakang patung lain yang sedang duduk. Patung yang berdiri itu memegang caluk dan merangkul pundak patung yang duduk.