Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Siswa SD yang Ditutup "Benteng" 3 Meter, Harus Susuri Sawah dan Kuburan untuk Masuk Sekolah

Kompas.com - 31/08/2021, 15:52 WIB
Irwan Nugraha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Nasib naas dialami 167 murid beserta orang tuanya dan guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, yang terpaksa berjalan menyusuri jalan pinggir sawah dan kuburan akibat akses utama masuk sekolah ditutup benteng 3 meter.

Siswa terpaksa berjalan kaki lewat jalan setapak belakang bangunan sekolah seusai ada beberapa warga pemilik lahan mengizinkan dijadikan jalan akses masuk ke sekolah tersebut.

Baca juga: Bangunan SD di Tasikmalaya Ditutup Benteng Setinggi 3 Meter, Siswa Bingung Cari Jalan Masuk Saat Mulai PTM

Awalnya saat pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dibuka dua pekan lalu, bangunan sekolah tersebut tak bisa diakses karena jalan masuknya ditutup benteng pemilik lahan di depannya saat berlaku belajar daring akibat Pandemi Covid-19.

"Sekarang saya mengantar anak ke sekolah harus lewat persawahan dan lewati kuburan, karena jalan di depan ditutup benteng 3 meter, tinggi," jelas Nina Herlina (45), salah seorang orang tua siswa sekolah tersebut usai mengantar anaknya PTM, Selasa (31/8/2021).

"Katanya, pemilik lahan dulu menjual ke seseorang dan akses masuk sekolah lewat depan jalan besar ditutup total, dibenteng," lanjutnya. 

Baca juga: Sayuti Nekat Tutup Jalan Umum dengan Tembok 2,5 Meter, Ketua RW: Sudah Dilarang tapi Tetap Ngotot

Foto-foto sekolah SD di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya alses jalan masuk akibat ditutup benteng 3 meter pemilik lahan di depannya dan terpaksa lewati sawah, kuburan dan tebing tinggi bekas Galian C saat diberlakukan PTM Terbatas, Selasa (31/8/2021).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Foto-foto sekolah SD di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya alses jalan masuk akibat ditutup benteng 3 meter pemilik lahan di depannya dan terpaksa lewati sawah, kuburan dan tebing tinggi bekas Galian C saat diberlakukan PTM Terbatas, Selasa (31/8/2021).

Jalan berliku menuju sekolah

Nina berharap akses jalan utama sekolah anaknya bisa kembali dibuka karena dengan akses darurat saat ini sangat rawan kondisinya bagi anak-anak.

Seperti dirinya sempat jatuh terperosok bersama anaknya ke sawah saat kondisi hujan usai mengantar anaknya PTM terbatas di kelas.

Apalagi, akses jalan darurat ke sekolah anaknya selama ini bukan hanya melewati kuburan, pesawahan, tapi tebing gunung sisa Galian C yang membahayakan pelajar.

Dari jalan pinggir sawah menuju akses masuk darurat belakang sekolah ini kondisinya menanjak menaiki sisa bukit akibat galian dengan batu kerikil yang licin saat dilewati seseorang dan motor.

Baca juga: Akses Jalan Ditembok, 4 Keluarga Terisolasi, Terpaksa Memutar Lewat Saluran Air

"Kemarin juga saya jatuh Pak terperosok ke sawah di depan sana saat jalan antar anak pulang. Terus lewat sini motor rawan terperosok karena licin banyak kerikil. Semua orang tua juga protes kenapa sampai tega askes jalan sekolah ditutup benteng begitu oleh pemiliknya katanya sih itu juga, gak tahu pemilik benar atau tidaknya," tambah Nina.

Nina bersama orangtua murid lainnya selalu membahas saat PTM terbatas dibuka kembali tentang sangat teganya jalan sekolah ditutup benteng seperti itu.

Sehingga, murid harus mengakses jalan darurat lewat belakang yang jaraknya sangat jauh dan memutar dari jalan utama.

Dirinya bersama orang tua lainnya pun berharap akan ada solusi terbaik dan akses jalan sekolah tersebut dibuka kembali.

 

"Saya bingung, kenapa sekolah saya tidak ada jalan masuk..."

Foto-foto bangunan SDN Tugu 2, Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya lagi akses jalan masuk ke sekolah usai jalan utamanya ditutup benteng 3 meter pemilik lahan pribadi di depannya saat pemberlakuan PTM Terbatas PPKM Level 3 Kota Tasikmalaya, Selasa (31/8/2021).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Foto-foto bangunan SDN Tugu 2, Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya lagi akses jalan masuk ke sekolah usai jalan utamanya ditutup benteng 3 meter pemilik lahan pribadi di depannya saat pemberlakuan PTM Terbatas PPKM Level 3 Kota Tasikmalaya, Selasa (31/8/2021).
Salah seorang murid kelas IV SDN Tugu 2, Natasha (10), mengaku sangat berat sekali harus berjalan kaki memutar ke belakang saat hendak pergi ke sekolahnya.

Padahal, dirinya bersama teman-temannya biasanya selalu masuk lewat depan sekolah lewat Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya, untuk belajar di kelas.

"Saya harus jalan kaki sama Mamah ke belakang lewat sawah, kuburan dan gunung. Saya juga ikut jatuh saat itu sama ibu. Saya dan teman-teman selalu nanya ke Bu Guru, kenapa jalan sekolah ditutup dan dibenteng?" Kata Natasha.

Hal sama diutarakan Rina (12), siswa kelas VI sekolah tersebut yang mengaku kaget saat awal masuk PTM tak ada jalan lagi saat hendak masuk kelas.

Rina menyebut saat dua pekan lalu dirinya bahagia bisa masuk sekolah lagi saat PPKM Level 3 Kota Tasikmalaya dan semangat pergi ke sekolah kala itu.

Masuk sekolah kudu teriak ke guru

Saat hendak belok di Jalan SL Tobing depan sekolahnya, dirinya bingung tak bisa masuk sekolah karena ada benteng 3 meter menjulang meghalangi bangunan sekolah.

"Saya bingung kenapa sekolah saya tidak ada jalan, tak bisa masuk ke sekolah. Saya langsung tanya ke warga sekitar gak ada yang jawab, saya teriak saja ke Ibu Guru. Bu Guru pun balas di belakang benteng, katanya lewat jalan belakang Nak," kata Rina.

Saat itulah, semua murid di sekolahnya berharap permasalahan benteng ini cepat selesai dan bisa dibuka kembali untuk jalan masuk sekolah.

Dirinya selama ini bersama murid lainnya hanya ingin bisa masuk sekolah tanpa harus melewati jalan yang lebih berbahaya melewati pinggir pesawahan, kuburan dan tebing banyak batu besar di atasnya.

"Itu tebing banyak batu Pak, gimana coba kalau saya saat lewat batu itu jatuh. Kalau dulu kan lewat sini langsung ke depan jalan besar," ungkap dia sembari menunjukkan bekas jalan utama sekolah yang kini berdiri kokoh benteng beton.

Foto-foto sekolah SD di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya alses jalan masuk akibat ditutup benteng 3 meter pemilik lahan di depannya dan terpaksa lewati sawah, kuburan dan tebing tinggi bekas Galian C saat diberlakukan PTM Terbatas, Selasa (31/8/2021).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Foto-foto sekolah SD di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tak punya alses jalan masuk akibat ditutup benteng 3 meter pemilik lahan di depannya dan terpaksa lewati sawah, kuburan dan tebing tinggi bekas Galian C saat diberlakukan PTM Terbatas, Selasa (31/8/2021).

Sebelumnya, Sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, tak memiliki akses jalan lagi usai ditutup bangunan benteng setinggi 3 meter oleh pemilik lahan pribadi di depannya.

Semula sebanyak 167 siswa dan guru di sekolah tersebut memiliki akses jalan utama dengan lebar sekitar 2 meter ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

Namun, sejak awal tahun 2021 saat tak ada aktifitas pembelajaran tatap muka akibat pandemi akses jalan utama itu ditutup oleh seseorang yang mengaku pemilik lahan sah dengan benteng setinggi 3 meter.

Pihak sekolah pun sempat kebingungan akses jalan bagi murid untuk belajar saat dimulai kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas saat penerapan PPKM Level 3 sejak dua pekan lalu.

"Awalnya, kita punya jalan utama ke depan jalan, karena sekolah kami di pinggir jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya. Namun, gak tahu kenapa ada keputusan sertifikat katanya dari BPN bahwa akses jalan sekolah tersebut milik seseorang. Nah, oleh pemilik lahan itu dibenteng 3 meter ditutup seluruhnya sehingga sekolah tak punya jalan masuk," jelas Kepala Sekolah SDN Tugu 2 Sri Mulyani, kepada wartawan di kantornya, Selasa (31/8/2021).

Sri pun mendapatkan informasi dari perwakilan orangtua dan komite sekolah bahwa awalnya pemilik lahan tak masalah membiarkan sebagian tanahnya dijadikan akses jalan utama sekolah.

Namun, ada informasi bahwa pemilik tanah khawatir bahwa tanahnya diklaim oleh sekolah lalu membentengnya setinggi 3 meter.

Permasalahan ini pun telah diketahui Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

Bahkan, sempat ada pertemuan antara pemilik lahan, masyarakat sekitar, pihak sekolah dan dinas terkait setempat membahas berkaitan akses jalan sekolah ini.

Seusai ditutup benteng, lanjut Sri, pihak sekolah sama sekali tak memiliki akses jalan masuk.

Sehingga, ratusan murid sekolah tersebut terpaksa harus melewati jalan belakang menyusuri jalan pesawahan dan lewat kuburan untuk bisa bersekolah saat PTM terbatas dibuka lagi.

"Kalau sekarang, murid jalan kaki ke belakang, itu juga ada beberapa orang warga pemilik tanah yang baik hati dan memberikan akses jalan darurat. Jadi, murid sekarang sementara lewat sana dulu untuk bisa bersekolah," ungkap Sri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Regional
Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan 'Dijual' Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan "Dijual" Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Regional
Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Regional
Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Regional
Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Regional
Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Regional
Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com