Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Nur Rohim, Juru Kunci Makam Bung Karno yang hingga Kini Masih Lumpuh Usai Divaksin, Ini Penjelasan Dinkes

Kompas.com - 26/08/2021, 15:39 WIB
Asip Agus Hasani,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Pengobatan dibiayai pemerintah

Didik menyebutkan, pihaknya segera mengambil langkah-langkah yang diatur dalam regulasi termasuk menjamin biaya pengobatan medisnya.

"Yang jelas kita sudah lakukan semua, sudah dilaporkan ke provinsi, dan seluruh pembiayaan ditanggung pemerintah," ujarnya.

Namun Didik menambahkan, pembiayaan oleh pemerintah hanya diberikan jika Nur Rohim dan keluarga mengikuti petunjuk pengobatan medis yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan dan fasilitas kesehatan terkait.

Pengobatan melalui cara-cara alternatif, ujarnya, tidak termasuk dalam kriteria biaya pengobatan yang dapat ditanggung pemerintah terkait KIPI.

"Misalnya, yang bersangkutan (Nur Rohim) harusnya menjalani fisioterapi dan kontrol ke rumah sakit, apakah itu dilakukan?" ujarnya.

Biaya pengobatan dari Rp 5 juta per bulan

Sejak Nur Rohim belum benar-benar lumpuh, dia dan keluarganya yakin kesakitan yang terjadi adalah akibat vaksinasi.

Setelah lumpuh kemudian divonis menderita ALS, keluarga tetap meyakini hal itu.

Termasuk setelah otoritas terkait menyimpulkan apa yang dialami Nur Rohim sebagai KIPI.

Tapi Nur Rohim maupun Khotimah sebenarnya juga menyadari bahwa kebijakan vaksinasi bertujuan baik dan merupakan solusi mengatasi pandemi Covid-19.

"Kami paham bahwa suami saya tidak mungkin menghindari vaksinasi karena tugasnya di makam," ujar Khotimah.

Dalam pandangan Khotimah, pemerintah seharusnya bersikap lebih proaktif membantu upaya kesembuhan suaminya yang sudah suka rela mengikuti program pemerintah.

Dia merasa, pemerintah tidak benar-benar hadir membantu upaya penyembuhan kecuali sekadar mengikuti prosedur medis yang dianjurkan rumah sakit, yaitu kontrol sepekan sekali dan menjalani fisioterapi sepekan dua kali.

"Kami terus terang tidak tega jika harus menaikturunkan suami saya ke mobil di rumah dan rumah sakit untuk kontrol dan fisioterapi. Dulu badannya tersenggol sedikit saja sudah kesakitan," ujar Khotimah.

"Apalagi situasi rumah sakit seperti sekarang. Suami saya juga tidak mau ke rumah sakit apalagi seminggu dua atau tiga kali," tambahnya.

Pihak keluarga, kata dia, akhirnya memutuskan untuk mengupayakan kesembuhan melalui cara-cara alternatif seperti terapi pijat saraf dan setrum listrik serta obat atau jamu herbal.

Menurut Khotimah, setelah sekitar sebulan meminum ramuan herbal yang dibeli dari seorang praktisi kesehatan tradisional di Blitar selatan, terjadi kemajuan pada kondisi kesehatan suaminya.

"Yang paling menggembirakan itu pulihnya pikiran dan ingatan. Sebelumnya seperti orang hilang ingatan. Namanya sendiri saja tidak ingat," ujar Khotimah.

Setiap dua pekan sekali, Khotimah membeli satu paket ramuan herbal berbentuk serbuk dalam dua amplop kertas seharga Rp 2,4 juta. Jadi dalam sebulan dibutuhkan Rp 4,8 juta.

Adapun terapi kejut listrik dan pijat saraf sebanyak sebulan sekali dengan biaya beberapa ratus ribu setiap kunjungan.

Ditambah kateter urin dan lain-lain, Khotimah harus mengeluarkan lebih dari Rp 5 juta untuk pengobatan suaminya.

"Bulan lalu saya jual sepeda motor untuk menambah biaya suami. Ini saya mulai tawarkan mobil tua kami," ujarnya menunjuk pada sebuah sedan merek Timor warna silver di samping rumahnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Regional
Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Regional
Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Regional
Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Regional
Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Regional
Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Regional
Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Regional
Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Regional
Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Regional
Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Regional
Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Regional
Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Regional
KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

Regional
500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com