BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sekitar 30 anak duduk melingkar di sebuah rumah bambu yang dikelola Kampoeng Batara, Lingkungan Papring, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur.
Satu per satu menghitung mulai angka satu hingga 30. Pertama mereka menghitung dalam bahasa Indonesia. Kedua dalam bahasa Madura dan terakhir dalam bahasa Osing.
Tak lama berselang, mereka bermain melatih kekompakan, konsentrasi dan kreativitas dengan menyebutkan nama dirinya dan temannya.
Siapa yang namanya disebut harus menimpali dengan menyebut namanya dan nama temannya.
Siapa yang salah menyebut nama, maka harus berdiri dan memimpin teman-temannya.
Baca juga: Serang Hakim, Terdakwa Berita Hoaks Covid-19 di Banyuwangi Dilaporkan ke Polisi
Selanjutnya, anak-anak tersebut menggambar dan membaca buku bacaan yang menjadi koleksi Rumah Batara. Mereka juga berdiskusi.
Setelah itu, anak-anak ini diminta mempresentasikan apa yang dibaca dan digambar saat itu. Satu per satu anak-anak bercerita, sedankan yang lain mengajukan pertanyaan.
Ada yang malu. Namun banyak dari mereka yang sangat berani berbicara dan menjelaskan maksud buku yang dibacanya.
Kegiatan lainnya, bermain musik tradisional. Kadang juga melakukan jelajah alam. Anak-anak diminta mengenali hewan dan tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Kegiatan anak-anak ini merupakan bagian dari Kampoeng Batara, sebuah wadah pendidikan alternatif di kampung di pinggir hutan Banyuwangi.
Baca juga: Cerita Perajin Songkok Bambu di Banyuwangi, Sebatang Pohon Bisa Hasilkan Rp 1 Juta
Kegiatan dilakukan hanya saat sekolah libur atau hari Minggu oleh anak-anak dengan rentang usia lima hingga 16 tahun.
Mereka anak-anak dari Lingkungan Papring yang terletak di pinggir hutan yang dikelola KPH Banyuwangi Utara.
Papring berjarak sekitar 15 kilometer atau bisa ditempuh dengan 30 menit perjalanan dari pusat Kota Banyuwangi.
Wilayah ini berada di pinggiran hutan KPH Banyuwangi Utara dengan kondisi jalan yang menanjak dan aspal yang sebagian sudah mengelupas.
Masuk ke dalam kampung, jalannya berupa batu dengan lebar tak kurang dari tiga meter.
Meski hanya berjarak 30 menit dari pusat Kota Banyuwangi, Papring dikenal sebagai daerah pelosok yang sulit dijangkau.
Baca juga: Cerita Warga Tepi Hutan Banyuwangi Sulap Bambu Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi Tinggi