Menuju ke Solo, bergabung dengan pasukan TRIP
Dari Guyung kelompok pejuang bergeser pindah ke Desa Gentong kemudian bergerak terus ke wilayah Sine.
Dari Sine atau Ngrambe, pasukan bergeser ke arah barat melewati Kecamatan Balong yang berada di lereng sebelah utara Gunung Lawu.
Pasukan terus bergerak ke daerah Batu Jamus dan menuju ke arah utara, mencari tempat penyeberangan agar bisa melintasi Bengawan Solo hingga sampai di daerah Nusukan utara pasar Legi Solo.
“Kita diperintahkan untuk bergabung dengan tentara pelajar di Solo,” kenangnya.
Para gerilyawan yang berjumlah belasan kemudian bermalam di rumah keluarga Bapak Abdul Karim S di Dukuh Gremet, Nusukan, yang berada di belakang stasiun kereta api Purwosari.
Lokasi tersebut kemudian dijadikan markas perjuangan sementara.
Baca juga: Monumen Perjuangan Jatinegara, Simbol Perjuangan 16 Daerah di Jakarta Timur
Di Solo, gerilyawan dari Magetan bergabung dengan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) Solo.
“Setelah bergabung dengan TRIP, pengetahuan kami bertambah maju dan paham bagaimana melakukan pertempuran secara gerilya,” ujar Sri Ngestoe.
Selama menjadi anggota KDM dan mengikuti perang gerilya, Sri Ngestoe Padinah mengaku tidak pernah meminta izin kepada orangtuanya.
Dia mengaku berpisah sejauh 6 kilometer dari lokasi pengungsian orangtuanya sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi.
Sri Ngestoe Padinah saat ini merupakan anggota Legiun Veteran Kabupaten Magetan yang masih aktif mengikuti sejumlah kegiatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.