KOMPAS.com - Nama Lutfi Ramli (34), warga Kota Mataram menjadi perbincangan karena berjualan cilok dengan dandanan bak pejabat.
Dia memakai setelan jas, lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel. Ia menamai dagangannya dengan nama Cilok Pejabat dari Rakyat untuk Rakyat.
Lutfi bercerita melakukan terobosan tersebut agar dagangannya bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Tak hanya Lutfi. Di Yogyakarta pernah viral pedagang yang menggunakan kostum Satria Baja Hitam saat melayani pembeli cendol.
Ia adalah Wahyu Prasetya, warga Padukuhan Pengkol 3, Kalurahan Jatiayu, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Sementara di Cirebon, Muhammad Zaenus berjualan menu berbuka pusa menggunakan kostum Iron Man untuk menarik perhatian penjualnya.
Dan berikut 5 cerita penjual dengan kostum yang tak lazim saat menjajakan jualannyan.
Foto ia yang berjualan cilok saat masih mengenakan pakaian puitih abu-abu, viral di media sosial.
Ida mengaku berjualan cilok untuk meringankan beban ibunya yang berjualan sayur untuk menghidupi tiga anaknya.
Karena tak tega, ia pun berinisiatif untuk berjualan cilok di sekolahnya, bahkan saat ia masih SMP.
Baca juga: 150 Karyawan Perusahaan Garmen di Karanganyar Positif Covid-19
"Kenapa harus malu. Kata mama selama pekerjaan masih halal kenapa harus malu. Dan alhamdulillah dari berjualan cilok, saya bisa mencukupi kebutuhan membayar biaya sekolah," kata Ida.
Ida menjual ciloknya saat tiba di sekolah, jam istirahat dan jam kosong.
"Sebelum berjualan saya dulu minta izin dulu sama bapak kepala sekolah. Setelah diizinin baru saya berjualan cilok," ujar Ida.
Jika libur sekolah, ia tidak berjualan cilok lantaran membantu jualan di toko kelontong.
"Dulu kalau libur sekolah saya jualan keliling," jelas Ida.
Baca juga: Viral, Siswi SMK Karanganyar Jualan Cilok Pakai Baju Seragam
Ide menggunakan pakaian rapi itu berawal saat masih bekerja di pabrik, ia lupa melepas pakaian kerjanya ketika berjualan mi lidi.
Ternyata banyak pembeli yang tertarik membeli dagangannya. Ia pun memilih bejualan mi lidi dengan mengenakan kemeja putih dengan dasi merah serta sepatu pantofel.
"Malah banyak yang membeli barang dagangannya karena melihat rapi dan bersih. Banyak juga yang membeli turun dari mobil karena mungkin penampilan saya menarik perhatian," ujar dia.
Ia bercerita, awalnya berjualan mi lidi karena hobinya membeli makanan ringan tersebut.
Namun saat dirasa penghasilannya berjualan mi lidi lebih baik dibandingkan bekerja di pabrik, ia pun memutuskan fokus berjualan mi lidi.
Ia tak canggung saat melayani pembeli dan tak jarang sejumlah orang sengaja memfoto Reno yang sedang berjualan.
Baca juga: Cerita Penjual Mi Lidi Ganteng sampai Pakai Pakaian Berdasi...
Sebelumnya ia bekerja di jasa hiburan robot di mal atau pesta ulang tahun. Namun karena Covid-19, pendapatannya menurun drastis.
Ia pun mengenakan kostum miliknya saat menawarkan menu berbuka puasa yang dijual di meja kecil.
Dikutip dari Kompas TV, dia hanya berharap usahanya ini dapat menarik perhatian warga untuk membeli menu buka puasa yang ditawarkan. Zaenus juga merasa lega apabila ada anak merasa terhibur dengan tampilan ironman dirinya.
Baca juga: Momen Sandiaga Uno Video Call dengan Penjual Cilok Berjas: Halo Bapak Pejabat!
Hal tersebut ia lakukan untuk mendongkrak omzet usaha jualan cendol dawet Jalan Semin- Karangmojo, tepatnya di Kalurahan Jatiayu.
Awalnya Wahyu bekerja di sebuah konter gawai di Kota Yogyakarta.
Sejak pandemi Covid-19 melanda pendapatannya berkurang, sehingga dia memutuskan berjualan cendol.
Wahyu berpikir untuk melakukan inovasi penjualan, agar berbeda. Muncul ide menggunakan kostum berbeda, kebetulan salah seorang temannya pengrajin kostum.
Bermodal uang Rp 700.000, Wahyu memesan baju Ksatria Baja Hitam komplit.
Warung berada di pinggir jalan ini cukup unik, karena Wahyu tak segan menyapa pengendara sepeda motor menggunakan kostum satria baja hitam. Omzet yang dia dapat juga terdongkrak naik.
Baca juga: Video Satria Baja Hitam Jualan Cendol di Gunungkidul Viral, Ini Cerita di Baliknya
Setiap berjualan, pedagang bakso cilok ini memakai setelan jas lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel.
Lutfi mengatakan, hal ini Ia lakukan untuk menarik minat para pembeli di tengah situasi pandemi.
Lutfi menceritakan, dia mulai berjualan cilok sejak tahun 2014 saat masih bekerja sebagai staf di Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB.
Baca juga: Cerita Lutfi, Jual Cilok Pakai Jas dan Dasi, Pembeli Ajak Berfoto hingga Omzet Meningkat
Tahun 2017, Lutfi lantas mengundurkan diri dari BPPD dan memilih fokus untuk berjualan cilok karena hasil yang menggiurkan.
Meski pada awal ia merasa gerah karena harus mengenakan jas saat berjualan, lama-kelamaan ia mengaku mulai terbiasa.
"Kalau dibilang panas ya panas, tapi karena sudah terbiasa enggak panas sih," kata Lutfi.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muhlis Al Alawi, Ari Himawan Sarono, Markus Yuwono, Teuku Muhammad Valdy Arief, Karnia Septia | Editor : Aprillia Ika, Robertus Belarminus), Kompas TV
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.