Dardiri mengungkapkan sebenarnya para pelaku wisata di lereng Merapi termasuk jip wisata telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Namun karena sudah menjadi kebijakan pemerintah destinasi wisata ditutup, pihaknya hanya bisa mengikuti.
"Mau tidak mau kita ikuti anjuran pemerintah saja walaupun kita udah prokes, SOP kita sudah 100 persen tapi ya pemerintah maunya kayak gitu. Tapi di sisi lain wisatawan pun juga belum seperti biasanya. Seandainya ada satu dua tidak kerumunan itu saya kira rombongan juga enggak ada, jadi sementara ini ya kita ikuti aturan pemerintah dulu," sebut Dardiri.
Baca juga: BPPTKG Memperbarui Rekomendasi Potensi Daerah Bahaya Erupsi Gunung Merapi
Selama destinasi wisata ditutup lanjutnya para pemilik dan driver jip menganggur. Mereka tidak mendapatkan pemasukan, sementara harus menghidupi keluarga.
"Dari Dinas Pariwisata (DI Yogyakarta) semua destinasi wisata kan ditutup otomatis mau menawarkan kita kan enggak ada yang kita tawarkan. Sebelumnya setelah lebaran itu ada jalan lah satu dua minggu kalau enggak salah, terus berhenti lagi karena PPKM kan itu," urainya.
Para pemilik yang tidak menjual armadanya lanjutnya memilih untuk memarkirkan tanpa melakukan perawatan atau perbaikan.
Sebab dari pada keluar biaya perawatan, uang mereka gunakan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang serba sulit saat ini.
"Dongkrok, kalau dirawat sama aja mengeluarkan biaya, lebih baik digunakan untuk bertahan hidup. Mungkin sesudah PPKM tidak diperpanjang lagi nanti dibenahi lagi untuk mempersiapkan seandainya PPKM tidak diperpanjang lagi ya kita siapkan armadanya," ucapnya.
Baca juga: Fase Erupsi Gunung Merapi Belum Berakhir, Suplai Magma Masih Berlangsung
Diakuinya kondisi seperti saat ini dirasakan oleh semua masyarakat, termasuk orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata.
Sampai saat ini belum ada bantuan dari dinas terkait untuk para pemilik maupun driver jip wisata lereng Gunung Merapi.
"Enggak ada (bantuan) sampai saat ini. Ini mau pada muter khususnya jip pakai bendera (putih) itu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.