Maka Tonu Wujo kemudian rela mengorbankan dirinya agar semua anggota keluarganya selamat dari bencana kelaparan.
“Akhirnya mereka mengantar adik perempuannya ke ladang untuk dibuat upacara,” lanjut Romo Benya.
Baca juga: Cerita Dicky Kenalkan Makanan Tradisional NTT, dari Sei, Sorgum hingga Sambal Luat
Meski begitu, anggota keluarga Tonu Wujo juga dikisahkan sangat berat hati untuk mengorbanan saudarinya.
Sebelum pengorbanan terjadi, Tonu Wujo berpesan bahwa nanti akan tumbuh semua jenis tanaman pangan seminggu setelah kematiannya.
Kemudian masih dalam cerita yang sama, munculah berbagai tanaman pangan dari tubuhnya yang terbaring di ladang.
“Darahnya menjadi padi, tulang belulangnya menjadi sorgum. Sehingga disebut Wata Belolong (bahasa Lamaholot) karena dia tinggi seperti tulang-tulang,” cerita Romo Benya dengan penuh semangat.
Baca juga: Apa Itu Sorgum? Alternatif Makanan Pokok Selain Beras
Ususnya menjadi jewawut, kuku dan rambutnya menjadi tanaman buah-buahan. Seperti tomat dan lain-lain.
“Ada benih padi yang dari darah disimpan, akhirnya berkembang sampai saat ini dikenal dengan benih padi Besi Pare Tonu Wujo di sini,” ucap Romo Benya.
Hingga kini, benih Besi Pare Tonu Wujo masih menjadi benih andalan warga Flores Timur.
Bagi masyarakat setempat, benih lokal lebih tahan hama dan lebih tahan ketika disimpan dalam jangka panjang. Meski begitu, waktu panennya tidak secepat dan sesering benih padi saat ini.
Dengan latar belakang kisah ini, tidak heran bila perjuangan Mama Tata mendapat tempat khusus di hati para petani Flores Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.