AMBON, KOMPAS.com - Kepala Desa Watludan, Kecamatan Waipia, Kabupaten Maluku Tengah, Ronny Ambrosila mengungkap penyebab utama warga memblokade jalan penghubung tiga kabupaten di wilayah tersebut.
Ada dua hal yang membuat warga menjadi kecewa. Pertama soal lokasi penguburan dan yang kedua soal hasil tes Covid-19.
Menurut Ronny, warga merasa kecewa dengan sikap RSUD Masohi yang dinilai tidak konsisten untuk menentukan lokasi pemakaman almarhum Martin Pasalbessy yang meninggal dengan status positif Covid-19.
“Jadi warga marah ini soal lokasi kuburan almarhum. Awalnya, saat koordinasi awal itu almarhum akan dimakamkan di desa. Tapi setelah itu, RSUD minta agar almarhum dimakamkan di lokasi pemakaman Covid-19 di Masohi,” ujar Ronny kepada Kompas.com, Jumat (9/7/2021).
Baca juga: Warga Blokade Jalan Setelah Ambil Paksa Jenazah Covid-19, Bupati Maluku Tengah: Sudah Dibuka...
Ronny menjelaskan, pihak keluarga sebelumnya telah menggali kuburan dan mempersiapkan proses pemakaman di desa.
Hal itu dilakukan keluarga pasien setelah koordinasi awal dengan pihak RSUD.
Namun, setelah itu Camat dan Kepala Puskesmas kembali menemui keluarga untuk meminta agar almarhum dimakamkan secara Covid-19.
“Itu yang membuat warga marah, lalu memblokade jalan. Karena semua persiapan pemakaman sudah dilakukan,” ujar Ronny.
Baca juga: Duduk Perkara Jenazah Pasien Covid-19 Diambil Paksa di Maluku Tengah, Mengaku Ada Izin dari Pejabat
Meski demikian, menurut Ronny, jenazah akhirnya dibawa pulang oleh keluarga setelah mereka berkoordinasi dengan RSUD.
Bahkan, menurut Ronny, pihak RSUD juga ikut membawa jenazah bersama sejumlah keluarga almarhum ke Desa Watludan untuk penguburan.
“Jenazah dibawa oleh keluarga setelah mereka melakukan pendekatan dengan RSUD. Jadi jasad dibawa pulang keluarga bersama tim kesehatan ke desa, lalu diserahkan kepada jemaat gereja di jalan masuk menuju desa, kira-kira 400 meter dari lokasi pemakaman,” ujar Ronny.
Ronny mengatakan, pihak keluarga jenazah kesal dan mempertanyakan sikap rumah sakit.
“Karena warga bingung, kalau almarhum ini positif Covid-19, mengapa saat koordinasi awal mereka mau menyerahkan jenazah untuk dimakamkan keluarga di desa?” ujar Ronny.
Ronny mengatakan, pasien awalnya masuk ke RSUD Masohi pada Minggu (4/7/2021).
Setelah masuk rumah sakit, pasien sempat menjalani tes antigen selama dua kali dan hasilnya negatif Covid-19.
Namun, tiga hari kemudian almarhum kembali diperiksa dan dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes swab menggunakan PCR.
“Awalnya dua kali tes itu negatif, tapi ketiga kalinya almarhum dinyatakan positif, dan keluarga tidak percaya itu, karena almarhum masuk rumah sakit bukan karena Covid-19,” kata Ronny.
Sebelumnya, Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua telah memerintahkan rumah sakit untuk memakamkan jenazah pasien secara protokol Covid-19.
Namun, jasad korban ternyata dibawa pulang keluarga dan dimakamkan di desa tanpa protokol kesehatan.
Menurut Abua, keluarga membawa pulang jenazah setelah mengelabui pihak rumah sakit dengan membawa nama Asisten I Setda Maluku Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.