KOMPAS.com - Sunoto sibuk mengipasi arang di atas panggangan sate. Saat itu hanya beberapa tusuk sate yang tersisa.
"Ini sate terakhir, setelah ini habis," kata Sunoto sambil membolak-balik satainya agar matangnya rata.
Ia adalah penjual sate di Kudus, Jawa Tengah, generasi ketiga yang telah berjualan sejak 1950.
Sate yang dia jual adalah sate kerbau, ciri khas kuliner di Kudus—kota dengan sejarah panjang kerukunan umat beragama sejak masa Sunan Kudus Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan.
Baca juga: Resep Soto Kudus, Soto Bening Cocok untuk Sarapan
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Nadjib Hasan, mengatakan saat itu Sunan Kudus melihat masyarakat setempat sudah memeluk agama Hindu yang sangat menghormati sapi.
Untuk menghormati pemeluk agama Hindu, kata Nadjib, Sunan Kudus melarang para pengikutnya menyembelih sapi agar tidak melukai hati pemeluk agama Hindu.
Sejak itulah masyarakat yang ingin mengkonsumsi daging memilih menyembelih kerbau sebagai gantinya.
"Ini juga bisa dilihat sebagai strategi dakwah Sunan Kudus yang mengajarkan kedamaian," jelas Nadjib Hasan kepada BBC Indonesia.
Baca juga: Sebelum Positif Covid-19, Wiku Adisasmito Berkunjung ke Kudus dan Bangkalan
"Bahan bakunya daging. Karena adanya daging kerbau, maka masakannya pakai daging kerbau. Dan masakan yang berbasis kerbau ini menjadi khas dari Kudus," kata Nadjib.
Sampai sekarang masyarakat Kudus masih tetap memegang teguh larangan Sunan Kudus untuk tindak menyembelih sapi, termasuk pada perayaan Idul Adha.
Sikap saling membantu masyarakat, menurut Nadjib, sangat terlihat, antara lain saat peringatan Sunan Kudus pada 10 Muharam dengan ribuan orang ikut memberi sumbangan atau mendapat pembagian nasi, termasuk warga non-Muslim.
Baca juga: 62 Warga Kudus Terinfeksi Varian Delta, tapi Pemkab Belum Tahu Identitasnya
"Bahkan yang memberikan sumbangan untuk acara Haul Mbah Sunan Kudus itu juga dari masyakat non-Muslim. Artinya, kebersamaan ini masih terus terjaga sampai sekarang," kata Nadjib Hasan.
Sunoto, penjual satai kerbau juga memahami tradisi yang terus dijaga masyarakat Kudus.
"Dulu Kanjeng Sunan Kudus menghormati pemeluk agama Hindu yang mensucikan sapi. Maka untuk toleransinya tidak nyembelih sapi. Biar tidak menyinggung agama lain. Sampai sekarang dilestarikan dan menjadi ikon kuliner Kudus." ujar Sunoto.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.