Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2021, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Ratusan anak muda lintas agama dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti program Peace Train Indonesia atau Kereta Perdamaian guna mengalami langsung bertoleransi yang nyata.

Lima tahun silam, ketika Pemilihan Gubernur DKI Jakarta diwarnai isu agama yang menyebabkan perpecahan luar biasa di masyarakat, pendeta Frangky Tampubolon merasa gelisah.

Saat itu, Frangky — pegiat lintas iman dan kebinekaan — menyaksikan apa yang disebutnya sebagai kebencian tak berujung dari dua kutub yang saling bermusuhan.

Baca juga: Dosen UMM Wakili Indonesia di Program Toleransi Internasional

"Kenapa agama dibuat menjadi kekuatan menghancurkan?" ujar Frangky kepada BBC News Indonesia, awal Juni lalu.

"Saya enggak tahan, saya pun termasuk yang mengalami stress tinggi saat itu."

Dia khawatir polarisasi berlatar masalah politik ini tidak menyehatkan bagi upaya jangka panjang dalam penguatan kerukunan beragama dan perdamaian di Indonesia.

"Enggak ada ujungnya, dan penuh pikiran-pikiran sarkastik, menghujat. Nah, kalau kita ada di situ, akan semakin buruk," tambah pendeta kelahiran 1977 ini.

Baca juga: Festival Budaya Kalbis Institute: Toleransi Menjadi Kunci Persatuan

Peace Train Indonesia melibatkan anak-anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia dengan latar agama berbeda.Dokumen Peace Train Indonesia Peace Train Indonesia melibatkan anak-anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia dengan latar agama berbeda.
Di sinilah, Frangky dan sesama pegiat dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), kemudian menawarkan 'jalan ketiga' yaitu ruang jumpa baru yang tidak saling membenci.

"Intinya, kita tidak mau masuk dalam sebuah kutub antara pro-ini dan kontra-ini, sehingga orang punya kesadaran untuk membuat ruang jumpa baru yang tidak harus saling membenci," jelas Frangky.

Dalam percakapan dengan tiga pegiat lintas iman — Anick HT, Ahmad Nurcholish dan Destya Nawriz — lahirlah ide menggabungkan perjalanan berkeretaapi dan menguatkan kembali kerukunan beragama dan perdamaian.

"Lalu muncullah ide traveling dan menggunakan moda kereta api," kata Ahmad Nurcholish, salah-seorang inisiatornya. "Karena antar peserta bisa berinteraksi di dalam kereta."

Baca juga: Menilik Kembali 10 Kota di Indonesia yang Punya Nilai Toleransi Tertinggi

Peace Train Indonesia atau Kereta Api Perdamaian Indonesia, nama program itu, melibatkan anak-anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia dengan latar agama berbeda.

Dalam program ini, Nurcholish dkk menginginkan agar para peserta dapat mengenalkan identitas masing-masing serta membagikan ajaran dan keunikan agamanya masing-masing.

"Jadi, selain ada ruang perjumpaan, ada dialog terbuka antar peserta dan orang-orang yang terlibat di kota tujuan," paparnya kepada BBC News Indonesia, pekan ketiga bulan lalu

Tujuan semua itu, lanjutnya, agar masing-masing dapat mengenali lebih mendalam. Hal itu dia tekankan karena sebagian masyarakat masih memiliki prasangka terhadap agama lain.

Baca juga: Merawat Toleransi di Hari Raya Kenaikan Isa Almasih dan Idul Fitri

"Ini bisa terjadi, karena tidak ada ruang perjumpaan sehingga tidak ada dialog untuk mengenal lebih mendalam dan lebih dekat," ujar Nurcholish.

Program Peace Train Indonesia awal mula digelar pada 2017 di kota Semarang, dan terakhir kali — yaitu ke-12 — dilangsungkan di kota Salatiga, pertengahan Maret 2021 lalu.

Anak-anak muda itu selama dua hari tiga malam tinggal bersama. Di kota tujuan, mereka berdialog, bertemu tokoh agama, serta mendatangi tempat-tempat ibadah — terkadang menginap di sana.

Baca juga: Indahnya Toleransi, Pemuda Kristen di Ambon Ikut Amankan Shalat Id

Dalam program itu, ada sesi diskusi yang membicarakan tema umum, namun tema-tema tertentu biasanya dibahas secara informal.

"Sehingga kami memberikan ruang yang agak luas bagi peserta untuk bisa berinteraksi secara personal. Sebisa mungkin memberi ruang informal, supaya kedekatan dan pertemanan mereka, terbangun.

"Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini enggan untuk ditanyakan itu tidak akan terjadi. Mereka bebas untuk menanyakan itu, karena sudah dekat, sudah akrab," papar Nurcholish.

Baca juga: Merawat Toleransi di Bulan Ramadhan, Umat Konghucu Bagikan 568 Paket Beras dan Angpau ke Warga Kurang Mampu

Bagaimana mengukur keberhasilan program?

Program Peace Train Indonesia awal mula digelar pada 2017 di kota Semarang, dan terakhir kali ? yaitu ke-12 ? dilangsungkan di kota Salatiga, pertengahan Maret 2021 lalu.Dokumen Peace Train Indonesia Program Peace Train Indonesia awal mula digelar pada 2017 di kota Semarang, dan terakhir kali ? yaitu ke-12 ? dilangsungkan di kota Salatiga, pertengahan Maret 2021 lalu.
Tetapi bagaimana mengukur keberhasilan program yang sudah berjalan lima tahun ini? Nurcholis dkk mengaku tidak berhenti di acara tersebut.

Mereka mendorong agar peserta, selain lantaran inisiatif sendiri, untuk menggelar acara serupa di daerahnya masing-masing.

"Ini untuk menjaga, karena bagaimanapun pemberitaan di seputar mereka itu tidak bisa kita pungkiri," kata Nurcholis

Dia kemudian memberikan contoh, ketika mereka pulang dari mengikuti Peace Train, ada kejadian bom bunuh diri di Makassar.

Baca juga: Bupati Garut Segel Pembangunan Masjid Ahmadiyah, YLBHI: Cederai Nilai Toleransi

"Saya bisa membayangkan bagaimana umat Katolik dan Kristen."

Namun demikian, Nurcholish terus menyimak pertemuan para alumni melalui daring dan pertemuan-pertemuan lanjutan.

"Nah di diskusi-diskusi informal itulah, dari yang saya simak, mereka bisa bersikap obyektif."

Dia kemudian menggarisbawahi bahwa program Peace Train sebagai program pembuka dan bukan "tujuan akhir".

Baca juga: Jadi Simbol Toleransi, Begini Keindahan Masjid Maria Bunda Yesus

"Ini pintu pertama, yang selanjutnya mereka harus meningkatkan melalui program yang lebih konkret," tambahnya.

Sementara, pendeta Frangky mengatakan pihaknya mendorong agar organisasi yang bergerak di lintas iman melibatkan para alumni PTI.

"Untuk menumbuhkembangkan mereka dalam ekosistem interfaith."

Mereka juga mempersiapkan program 'baru' yaitu sekolah kader perdamaian. "Mudah-mudahan bulan Juni ini terealisasi," kata pendeta.

Dan seperti apa perubahan cara berpikir para peserta sebelum dan setelah mengikuti acara ini? Berikut kesaksian enam orang alumni peserta program ini:

Baca juga: Grebeg Ramadhan, Pemberdayaan Ekonomi Berbalut Toleransi di Salatiga

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alotnya Rekapitulasi Suara di Papua, Diwarnai Unjuk Rasa Massa

Alotnya Rekapitulasi Suara di Papua, Diwarnai Unjuk Rasa Massa

Regional
Mantan Kades di Lebak dan Suami Didakwa Pungli Sertifikat Tambak

Mantan Kades di Lebak dan Suami Didakwa Pungli Sertifikat Tambak

Regional
Cerita Sugiono, Rela Terjang Banjir Pakai Sepeda demi Dapatkan Stok Elpiji untuk Tetangganya

Cerita Sugiono, Rela Terjang Banjir Pakai Sepeda demi Dapatkan Stok Elpiji untuk Tetangganya

Regional
Harga Tiket Kelas Eksekutif Plus Bus Eka Rute Surabaya-Bandung Saat Mudik Lebaran 2024

Harga Tiket Kelas Eksekutif Plus Bus Eka Rute Surabaya-Bandung Saat Mudik Lebaran 2024

Regional
Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Bengkulu untuk Lebaran 2024

Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Bengkulu untuk Lebaran 2024

Regional
Lahan di Kampung Timur Nunukan Nyaris Terbakar, Diduga Bocah Main Masak-masakan

Lahan di Kampung Timur Nunukan Nyaris Terbakar, Diduga Bocah Main Masak-masakan

Regional
Bukan Bisikan Gaib, Ibu di Lubuklinggau Buang Bayinya ke Sumur karena Takut Tak Bisa Belikan Susu

Bukan Bisikan Gaib, Ibu di Lubuklinggau Buang Bayinya ke Sumur karena Takut Tak Bisa Belikan Susu

Regional
Kejati Geledah Kantor Dinas Pendidikan Sumbar Terkait Dugaan Korupsi

Kejati Geledah Kantor Dinas Pendidikan Sumbar Terkait Dugaan Korupsi

Regional
Caleg Gerindra Laporkan Bawaslu Sumbawa Barat dan NTB ke Bawaslu RI

Caleg Gerindra Laporkan Bawaslu Sumbawa Barat dan NTB ke Bawaslu RI

Regional
Pemkot Padang Buka 5.391 Formasi ASN, Simak Rinciannya

Pemkot Padang Buka 5.391 Formasi ASN, Simak Rinciannya

Regional
7 Mucikari Terjaring Operasi Pekat Rinjani Polresta Mataram, Korban Ada Anak di Bawah Umur

7 Mucikari Terjaring Operasi Pekat Rinjani Polresta Mataram, Korban Ada Anak di Bawah Umur

Regional
Residivis Narkoba Kembali Ditangkap Polisi, Ketahuan Bawa Sabu Saat Alami Kecelakaan

Residivis Narkoba Kembali Ditangkap Polisi, Ketahuan Bawa Sabu Saat Alami Kecelakaan

Regional
Dinas Pendidikan Purworejo Anggarkan Pembelian Gamelan Senilai Rp 2,5 Miliar, Ini Penjelasannya...

Dinas Pendidikan Purworejo Anggarkan Pembelian Gamelan Senilai Rp 2,5 Miliar, Ini Penjelasannya...

Regional
Banjir Tenggelamkan Alun-alun Demak, Terparah sejak 32 Tahun Terakhir

Banjir Tenggelamkan Alun-alun Demak, Terparah sejak 32 Tahun Terakhir

Regional
Ratu Wulla Caleg DPR RI Mengundurkan Diri, Nasdem NTT Sebut Tak Tahu Alasannnya

Ratu Wulla Caleg DPR RI Mengundurkan Diri, Nasdem NTT Sebut Tak Tahu Alasannnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com