KEDIRI, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencatat, industri pengolahan menjadi salah satu sektor pendongkrak ekonomi di wilayahnya. Pada triwulan pertama 2021, sektor ini tumbuh hingga 23,68% di atas sektor perdagangan yang tumbuh 21,11%.
Sektor industri pengolahan itu sendiri di antaranya ditopang oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM pengolahan berkontribusi sebesar 28% atau sekitar Rp 353.014 miliar pada ekonomi Jawa Timur.
"Sektor industri pengolahan ini cukup besar kontribusinya dan kami terus mendorongnya," ujar Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Triat Surtiati Suwardi dalam suatu paparan Zoom meeting, akhir Mei lalu.
Sejalan dengan upaya pemerintah mendongkrak ekonomi tersebut, keberadaan pondok pesantren bisa didorong sinerginya dalam upaya membangun ketahanan ekonomi. Sekaligus perannya dalam pengembangan industri halal.
Sebab, jumlah pesantren di Jawa Timur mencapai ratusan. Dan di kalangan pesantren nampaknya juga banyak industri kecil selain fungsi utamanya tetap pada lini pendidikan. Industri kecil itu tentu mempunyai potensi berkembang.
Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, misalnya, juga mempunyai banyak usaha meski skala kecil. Apalagi dengan jumlah ribuan santri yang ada, pasti merupakan pasar tersendiri.
Ketua Pesantren Lirboyo KH Abdul Muid Shohib mengatakan, selain pendidikan agama, sudah sejak lama pesantrennya mengajarkan kewirausahaan bagi santrinya.
Pendidikan jiwa wirausaha itu menurutnya ada yang dilakukan langsung oleh para pengasuh, juga ada yang melalui lembaga pesantren.
Baca juga: Ratusan Santri dan Pengasuh Pesantren Lirboyo Disuntik Vaksin AstraZeneca
Para pengasuh, menurutnya, membuka usaha untuk membantu menopang biaya pendidikan maupun biaya hidup para santri selama mondok. Itu biasanya dilakukan bagi santri dengan latar belakang ekonomi lemah.
Usaha tersebut juga beragam, misalnya pengolahan tempe atau usaha jajanan lainnya. Sirkulasi semua usaha tersebut bermuara pada pemenuhan kebutuhan dasar para santri di lingkungan pondok itu sendiri.
"Misalnya saya sendiri, mendapatkan titipan 50 santri yang kebetulan kurang mampu secara ekonomi," ujar Muid Shohib dalam sambungan telepon, Jumat (11/6/2021).
Adapun usaha yang dilakukan oleh lembaga pondok, kata Muid, ada tiga macam, yakni usaha depo air minum, pengolahan sampah plastik, hingga bakery.
Usaha-usaha yang secara struktural berada di bawah Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) itu tidak hanya sebagai medium pembelajaran santri, juga berkontribusi dalam menambah pemasukan bagi pesantren.
"Harapannya usaha-usaha itu memang bisa berkembang besar tapi tentu juga membutuhkan pendampingan," jelas pengasuh dengan sapaan akrab Gus Muid ini.
Kepala Seksi BUMP Pesantren Lirboyo Idris mengatakan, dari tiga jenis usaha yang dikelolanya itu, pengolahan roti terbilang cukup berkembang dan mendominasi dibanding dua usaha lainnya. Sehingga menjadi produk unggulan di pesantren.
"Omzetnya bakery bisa sampai Rp 50 juta sampai Rp 80 juta per bulan," ujar Idris, Kamis (10/6/2021).