Sementara itu, pengakuan tersangka BD, dirinya nekat mencuri karena terdesak ekonomi. Penghasilannya sebagai satpam dirasa masih kurang untuk menafkahi keluarganya, apalagi ia juga sedang membiayai sekolah anak di SMP.
"Gaji satpam Rp 300.000 per minggu, masih kurang buat sehari-hari, uang (hasil curian) untuk bayar SPP anak saya di SMP, " ujar BD, yang ternyata residivis kasus yang sama pada 2008 silam.
BD menceritakan, saat melintas di kawasan Borobudur ia melihat banyak besi yang tergeletak di pinggir jalan. Tanpa pikir panjang ia angkut besi-besi itu ke rumahnya.
"Sampai rumah masih bingung mau diapain besi-besi itu, lalu kepikiran untul dijual. Lalu saya pukul-pukul sampai berkeping-keping pakai bogem (palu besar) dan saya jual ke tukang rosok laku Rp 600.000," papar BD.
Tergiur dengan hasil penjualan besi itu, BD pun mencuri lagi sampai 10 kali di lokasi berbeda. Ia menjual ke tukang rosok dengan dalih besi-besi itu milik kantornya yang sudah tidak terpakai.
"Saya sendiri (mencuri), saya enggak tahu kalau besi itu milik orang lain, " ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.