Lebih lanjut, Yayan perangkat desa ikut menambahkan bahwa semburan lumpur tersebut mengandung H2S atau senyawa korosif sehingga menyebabkan karat pada peralatan logam.
Kemudian, semburan gas juga mengandung CO2 (karbondioksida) yang mengandung gas cair tidak berwarna.
“Terakhir kandungan SO2 atau sulfur, adalah kandungan dioksida atau senyawa gas atau cairan yang tidak berwarna,” tambah Yayan kepada Kompas.com di lokasi.
Kementerian ESDM merekomendasikan kepada pemerintah desa untuk memasang tulisan himbauan kepada masyarakat, bahwa area sekitar semburan lumpur berbahaya.
Atas dasar itu, kata Sumantri, pemerintah desa memasang spanduk himbauan bertuliskan “Awas Berbahaya Dilarang Mendekati Area Ini” di garis satpol pp yang dipasang melingkari semburan lumpur.
Ini jadi batas aman, apabila ada warga yang penasaran ingin melihat kondisi tersebut.
Pasalnya, sejak viral beberapa hari lalu, kata Sumantri, banyak masyarakat dari berbagai daerah yang terus mendatangi semburan lumpur. Fenoma ini menjadi keberkahan tersendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.