Di masa ketika Mbah Peno masih cukup kuat melaut untuk mencari ikan, persisnya sebelum 2014, nelayan dan warga Pantai Serang biasa mengonsumsi dan menjual daging dan telur penyu.
Selama beberapa bulan mulai Maret hingga Juni setiap tahunnya, mereka akan mendapatkan bahan makan tambahan atau sumber pendapatan ekstra dari penyu-penyu yang mendarat untuk bertelur.
"Sering juga dulu ada penyu besar lebarnya bisa segini," ujar Mbah Peno membentangkan kedua lengannya menggambarkan ukuran penyu hijau raksasa, salah satu jenis penyu yang banyak bertelur di Pantai Serang.
"Dulu terlurnya dijual, buat jamu kuat," kenang Mbah Peno.
Kebiasaan mengambil daging dan telur penyu untuk dimakan dan dijual berangsur berkurang sejak pemuda-pemuda yang memiliki visi luas seperti Handoko mengambil inisiatif gerakan konservasi penyu.
Inisiatif itu semakin menemukan kekuatannya setelah Handoko terpilih sebagai Kepala Desa Serang pada 2014.
Baca juga: Kronologi Oknum TNI Tampar Petugas SPBU karena Diminta Antre Isi Bensin
Gerakan konservasi penyu bahkan berhasil dipadu dengan upaya membangun kawasan wisata Pantai Serang.
Konservasi penyu dan pelepasan tukik penyu kemudian menjadi bagian penting dari citra kawasan wisata Pantai Serang yang berwawasan lingkungan hidup.
Citra itu semakin kuat oleh keberhasilan penghijauan yang disponsori Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur pada 2009 dan 2011.
Kini, Pantai Serang telah menjadi tujuan wisata pantai paling digemari di wilayah Kabupaten Blitar.
Berwisata ke pantai yang selama ini identik dengan udara panas, tidak ditemukan di Pantai Serang karena rindangnya ribuan pohon-pohon cemara buah dari penghijauan sepuluh tahun silam yang didukung oleh warga dan komunitas setempat.
Upaya membangun pamor kawasan Pantai Serang juga dilakukan dengan gelaran festival tahunan, yaitu Serang Culture Festival meskipun tahun lalu absen lantaran pandemi.
Dan pada gelaran festival itu pulalah kegiatan pelepasan tukik penyu ikut mengambil bagian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.