Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Ketupat Barokah, Budaya Guyub Orang Sunda Saat Lebaran

Kompas.com - 13/05/2021, 10:59 WIB
Reni Susanti,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Empat orang remaja putri terlihat asik dengan ketupatnya. Mereka memasukkan beras ke dalam ketupat, Rabu (12/5/2021).

Tak jauh dari sana, terlihat seorang anak sedang membersihkan ayam dan pemuda tengah membenarkan kayu bakar di hawu (tungku api).

Pemuda ini kemudian menaruh 200 ketupat yang telah diisi ke dalam panci besar dan membuat opor ayam.

Kegiatan tersebut dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, Kampung Leuwinutug, Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Baca juga: Anjang-anjangan, Budaya Lebaran Tanah Sunda yang Hampir Punah

Selain di pesantren, sejumlah warga ikut membantu mengolah makanan di rumahnya masing-masing. Seperti mengupas kelapa, menjemur daun, mengolah bumbu, hingga membuat sayur.

Keesokan harinya, makanan tersebut akan disajikan, untuk konsumsi warga setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri.

“Namanya ketupat barokah (berkah),” ujar Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, Safrudin Abdul Karim kepada Kompas.com.

Pria kelahiran 1978 ini mengatakan, ketupat barokah merupakan budaya lama. Dulu, sejumlah pesantren suka menggelarnya sebagai bagian dari syiar.

“Tujuannya menyatukan masyarakat. Mendekatkan satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Intinya biar guyub,” ucap dia.

Karena dalam keseharian, bisa saja mereka jarang bertegur sapa akibat kesibukan, ada persoalan, ataupun alasan lainnya.

Dengan ketupat ini, mereka akan dipersatukan. Tentunya dalam hal kebaikan.

Agar yang tidak baik menjadi baik, yang baik menjadi lebih baik lagi.

Bahkan dalam Islam diajarkan, ibadah tidak hanya mahdhah (shalat, puasa, dan lainnya) ataupun ghair mahdhah. Tapi ada ibadah yang berhubungan dengan tali silaturahmi.

“Jadi ini berjemaah dalam kebaikan. Makan bersama untuk mempererat tali persaudaraan,” ungkap dia.

Karena tengah pandemi Covid-19, protokol kesehatan pun dimaksimalkan. Misalnya, dari kapasitas lapangan untuk 500 orang, akan dibatasi menjadi 200 orang.

Sebelum masuk ke lapangan, panitia akan memeriksa suhu tubuh warga, menjaga jarak selama shalat ataupun saat menyantap makanan.

Warga juga diminta untuk membawa sajadah sendiri. Tujuannya untuk menghindari penularan Covid-19.

Budaya ini, sambung Safrudin, merupakan budaya lama. Di Leuwi Nutug sendiri, budaya ini sudah lama hilang.

Karena itulah, ia kembali menghidupkan budaya ini sebagai bentuk syiar. 

Salah satu warga, Mak Toto (80) mengatakan, budaya makan bersama setelah shalat Id, biasa dilakukan saat ia masih kecil di Cililin.

Baca juga: Detik-detik Ledakan Petasan yang Tewaskan 3 Orang, Tubuh Bergelimpangan, Wajah Korban Tak Bisa Dikenali

Dulu, ia dan anak-anak lainnya membawa berbagai makanan di atas pipiti ataupun nyiru (tempat makanan besar yang terbuat dari anyaman bambu).

Isinya mulai dari umbi-umbian hingga makanan khas Lebaran seperti ketupat, tumis bihun, opor ayam, ketupat, dan lainnya.

Makanan tersebut nantinya akan dikonsumsi oleh warga sehabis shalat Id.

“Jadi beres shalat dan salaman, enggak langsung bubar. Tapi, makan-makan dulu. Tapi, sekarang sudah enggak ada lagi. Makannya di rumah saja,” ungkap Mak Toto. 

 

Kehadiran pesantren

Salah satu warga, Agus Effendi mengatakan, kehadiran pesantren memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Seperti membuat kampung jadi lebih ramai karena anak-anak maupun pemuda pemudi semakin rajin mengaji.

Termasuk, pemuda yang selama ini kerap dianggap negatif oleh warga karena kerap mabuk-mabukan.

Baca juga: Kawanan Debt Collector Ini Tabrak dan Keroyok Debitur yang Menunggak

“Alhamdulillah sekarang mah mereka juga (pemuda yang mabuk-mabukan) jadi ikut meramaikan masjid dan pesantren,” kata dia.

Sang ustadz, Safrudin menambahkan, perlu waktu untuk mengajak orang-orang tersebut. Namun, dirinya memiliki metode khusus untuk mengajak mereka bergabung.

“Intinya jangan mudah menyerah dan putus asa. Perlu kesabaran dan waktu untuk mengajak berjalan dalam kebaikan,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com