Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Camat Tenggarong Kaltim Dianiaya Penambang Ilegal, Pelipis Mata Kiri Boma Bengkak

Kompas.com - 11/05/2021, 14:59 WIB
Zakarias Demon Daton,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Pelipis mata bagian kiri atas Arfan Boma, bengkak besar akibat dihajar pakai kayu oleh seorang penambang ilegal berinisial T.

Camat Tenggarong itu dipukul karena menghentikan paksa aktivitas galian batu bara ilegal di sekitar kebun warga RT 017, Kelurahan Mangkurawang, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Minggu (9/5/2021).

Baca juga: Bocah 10 Tahun Datangi Polres Lebak dengan Wajah Lebam dan Kening Sobek, Mengaku Dianiaya Ayah Tiri

Boma dan pria pemilik tambang sempat adu mulut, nyaris baku hantam.

Suasana menegang, saat keduanya sama-sama memegang parang, sebelum aksi pemukulan menggunakan kayu.

Situasi berhasil reda setelah dilerai Lurah Mangkurawang Nuzul Hidayat, dibantu beberapa warga lain yang ada di lokasi kejadian.

Boma menceritakan, awalnya dirinya mendapat telepon dari Ketua RT 017, Kelurahan Mangkurawang, Tenggarong, Minggu (9/5/2021) siang.

Di ujung sambungan itu, Ketua RT 017 melapor ada aktivitas tambang ilegal yang meresahkan masyarakat.

Baca juga: Kronologi Seorang Anak Bunuh Ayah Kandungnya, Pelaku Dendam Sering Dianiaya Korban

Aktivitas itu dilakukan di atas lahan warga yang berdekatan dengan anak sungai dan kebun warga.

"Setelah dapat laporan itu, saya langsung ke lokasi. Sebelum ke sana saya telepon lapor Kapolsek juga. Baru saya telepon lurah. Akhirnya saya ke lokasi bersama lurah dan satu staf dan betul ada aktivitas galian," terang Boma saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/5/2021).

Di lokasi Boma dan Lurah mendapati seorang operator sedang mengoperasikan satu unit ekskavator warna kuning menggali lahan untuk kegiatan batu bara ilegal.

Daerah berbukit sebelah anak sungai sudah dipotong sebagian. Sejauh mata memandang, kata Boma, singkapan batu bara sudah terlihat.

Boma langsung geram karena galian itu selain ilegal, juga merusak sumber air masyarakat dan kebun masyarakat.

Dengan suara tinggi, Boma meminta sang operator segera menghentikan kerja alat berat itu.

Aksi Boma itu terekam kamera, hingga videonya ramai dibagikan di media sosial dua hari terakhir.

"Keluar !!! kalian masuk ke sini enggak ada ngomong dengan saya. Keluar !!! ribut-ribut sekalian. Diam saya selama ini, kalian makin menjadi-jadi. Rusak tanah ini, orang pakai berkebun cari nafkah, kalian obrak-abrik," teriak Boma sambil memegang parang.

Parang yang dibawa Boma, kata dia, untuk menebas rumput membuka jalan agar masuk ke titik galian.

"Beri tahu T (pemilik tambang) saya yang suruh hentikan," ucap Boma kepada operator di akhir video.

Kurang lebih 30 menit kemudian, setelah aksi penghentian paksa, datang pemilik tambang bersama beberapa anggotanya ke lokasi menggunakan mobil.

Kata Boma, mereka sekitar enam orang termasuk pemilik ekskavator itu.

Pemilik tambang itu keluar dari mobil dan menanyakan alasan penghentian Boma. Keduanya sempat adu mulut hampir cekcok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Regional
Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Regional
Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Regional
Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Regional
Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Regional
Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Regional
Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Regional
Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Regional
Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Regional
Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Regional
Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com