YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari, bagi sebagian orang penggunaan kantong plastik sudah hampir tidak terlepaskan.
Bahannya yang ringan, simpel dan kekuatan kelenturannya membuat plastik kresek menjadi andalan untuk membawa barang-barang.
Di sisi lain, seringnya penggunaannya, membuat produksi sampah plastik kresek setiap hari terus bertambah.
Baca juga: Limbah Cair di Sungai Cibeet Karawang Diduga Mengandung Mikroplastik
Kondisi tersebut membuat Tri Setyawati bersama rekan-rekanya di Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku melakukan penelitian guna mencari solusi yang efektif untuk sampah plastik kresek.
"Latar belakangnya itu, sudah lama orang berbicara tentang sampah, khususnya plastik. Tapi kita dalam kehidupan sehari itu tidak mungkin lepas dari plastik, solusinya kan sebenarnya bukan pemanfaatan plastiknya tapi pengelolaan limbahnya," ujar Tri Setyawati mewakili tim inventor saat ditemui Kompas.com di lokasi workshop Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku, Sidokerto, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Kamis (22/4/2021).
Diungkapkanya, plastik memiliki jenis yang banyak, antara lain PE (Polyethelene), PP (Polypropylene) hingga PET (Polyethylene Terephthalate).
Masing-masing jenis plastik tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda.
Tri Setyawati dan teman-teman inventor kemudian memilih fokus pada sampah plastik jenis LDPE (Low Density Polyethylene).
"Kami fokus ke LDPE (Low Density Polyethylene) yang bahasa sederhana dan orang tahu, kresek. Pada prinsipnya semua jenis plastik bisa digunakan untuk teknologi kami," bebernya.
Baca juga: Dari Limbah Sengon, Yuyun Raup Omzet Rp 200 Juta Per Bulan, padahal Dulu Gadaikan Mobil
Pilihan fokus pada sampah plastik kresek ini bukan tanpa alasan.
Selain tidak mudah terurai, sampah plastik kresek juga jarang dilirik orang, karena harganya cukup rendah dibandingkan sampah plastik lain.
"Pemulung pun malas mengambil sampah plastik kresek, kalau PVC 30 sentimeter saja itu pasti diambil orang tapi kalau kresek ada 10 sampai 15 dijalan dicuekin pasti," tegasnya.
Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku memang fokus pada lingkungan, terutama terkait dengan limbah.
Mereka melihat, limbah kantong plastik banyak menyebabkan masalah sehingga perlu ada solusi yang benar-benar efektif.
"Ada beberapa limbah lain yang kami lakukan, seperti limbah batu bara, limbah sawit. Kami melihat bahwa limbah dapat menyebabkan banyak masalah, tidak hanya kesehatan, lingkungan, tapi ekonomi juga berdampak," ungkapnya.
Lima tahun lalu, tim inventor dari Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku yang terdiri dari tiga orang memulai melakukan penelitian.
"Berangkatnya itu kan semua dari teori dasar, kita bahasanya adalah eksperimental riset. Jadi tetap dengan basic theory tapi terus ya kita coba," urainya.
Di dalam penelitiannya, mereka melakukan percobaan dengan berbagai media.
Mulai dari sampah plastik kresek dengan dicampur limbah kayu, hingga sampah plastik kresek dengan aspal.
Baca juga: Armuji Tinjau Kali Tambak Wedi yang Berbusa Diduga karena Limbah
Namun, akhirnya tim peneliti memilih fokus pada sampah plastik kresek yang dicampur dengan pasir.
"Kami melihat yang lain tidak terlalu efektif dan yang pasti tidak bisa bernilai ekonomis. Kami akhirnya memfokuskan diri pada pasir, karena pasir bahan banguanan dan kegiatan insfrastruktur itu kan jalan terus tidak pernah berhenti," urainya.
Pasir yang bisa digunakan lanjutnya tidak khusus satu jenis. Namun pasir laut juga bisa digunakan.
"Kami juga melakukan percobaan dengan beberapa jenis pasir. Jadi konsepnya mencari bahan yang mudah didapat, pasir pun tidak harus pasir khusus, kalau untuk konstruksi pasir laut tidak mungkin dipakai kalau ini pasir apa pun bagus digunakan," tegasnya.
Pada prinsipnya, mengusung teknologi Kebaharuan pemanfaatan sampah plastik sebagai alternatif pengganti semen.
Sampah plastik kresek yang berfungsi sebagai perekat atau alternatif pengganti semen ketika dipadukan dengan pasir maka dapat menghasilkan berbagai produk bangunan.
Baca juga: Mulai Juni, 400 Ton Sampah Tangsel Per Hari Dibuang ke TPA Cilowong Serang
Salah satu contoh produk dari perpaduan limbah plastik kresek dengan pasir yakni paving blok.
"Kenapa pakai bentuk pavling karena ini yang ada di pasar. Kalau misalnya ada yang bisa support bikin cetakan yang besar dengan alat yang memadahi tentunya kita juga pengin bikin yang besar. Ini hanya karena keterbatasan alat cetak," tuturnya.
Produk yang dihasilkan dari perpaduan antara sampah plastik kresek dengan pasir ternyata ini jauh lebih kuat.
"Ternyata kekuatannya itu di atas produk yang sama yang dari semen. Kalau semen hitungannya dengan nilai kuat tekan, kalau kuat tekan, kekuatan kami itu maksimalnya semen, itu adalah minimalnya kami, buat kami lebih susah menurunkan kualitas dari pada menaikkan," ungkapnya.
Pihaknya juga melakukan percobaan mandiri, produk paving blok dimasukan ke dalam aquarium dan direndam dengan air. Sampai berbulan-bulan, paving tersebut masih utuh.
Baca juga: Warga Italia di Bali Mengaku Dianiaya Saat Sedang Bersihkan Sampah
"Yang utuh sama yang pecahan, kami rendam di aquarium sekarang sudah berjalan 2-3 bulan itu enggak ada butiran pasir yang lepas. Terus saya taruh ikan di aquarium itu hidup," bebernya.
Bentuk produk yang dihasilkan pun menurutnya tidak hanya paving blok. Tetapi bisa berbagai macam produk lainnya, seperti pembatas jalan hingga pemecah ombak.
"Bentuk bisa sangat fleksibel, mau dibentuk apa pun bisa, yang semen tidak mungkin pun, di Kami bisa. Kita kan belum pernah melihat paving berlubang dari semen, karena pasti akan patah, tapi kami bisa dan tidak memengaruhi kekuatanya," tegasnya.
Selain tetap kuat, lanjutnya menariknya lagi paving berlubang ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi banjir atau genangan air.
Baca juga: Suling Minyak Ilegal dan Meledak Akibat Bakar Sampah, Pria Ini Ditangkap
Dengan adanya lubang tersebut, air tidak tertahan dipermukaan tetapi mengalir masuk dan meresap ke dalam tanah.
"Minimal mengatasi genangan air, banjir. Dikasih lubang kemudian dengan pemasangan yang misalnya dikombinasi dengan biopori kan air akan menjadi cepat meresap ke tanah," tuturnya.
Proses cepat dan ramah lingkungan
Proses produk sampai bisa digunakan tidak memakan waktu lama.
Bahkan hanya menunggu tiga jam saja, produk yang dihasilkan dari campuran sampah plastik kresek dengan semen ini bisa langsung digunakan.
Sementara produk kombinasi pasir dan semen untuk sampai benar-benar "matang" dan siap digunakan membutuhkan waktu berhari-hari.
"Sampai Kami bercandanya gini, produk kami ini produk tiga jam-an. Artinya dengan kekuatan yang diberikan masa gunanya jadi panjang, dan tiga jam-an itu karena tiga jam sudah bisa digunakan," tegasnya.
Baca juga: Tumpukan Sampah Kali Panjang Dikhawatirkan Racuni Ikan di Rawa Pening
Selain cepat, proses pengolahan sampah plastik tidak dengan cara dibakar. Sehingga sangat ramah lingkungan.
Prosesnya, sampah plastik kresek dipotong kecil-kecil. Kemudian dimasukan ke dalam cetakan dan dipanaskan bersama pasir.
"Jadi nanti dicampur dengan pasir dengan pemanasan kalau sudah sampai dengan kondisi tertentu dimasukkan dicetak, di-press. Terus nunggu tiga jam sudah bisa dipakai, tiga jam itu sebetulnya lebih kepada panasnya bisa kepegang tangan, sebetulnya 5-10 menit sudah bisa dipakai tapi masih panas," bebernya.
Selama ini salah satu solusi yang dihadirkan untuk mengatasi sampah plastik adalah dengan didaur ulang.
Produk yang dihasilkan dari daur ulang tersebut pun masih berwujud plastik. Sehingga, kemudian hari tetap akan menjadi masalah.
"Orang selalu bilang sampah plastik banyak, tapi sebetulnya yang terkelola itu seberapa banyak sih, akhirnya banyak yang tercecer. Kalaupun ada yang mengambil banyak dibikin untuk paralon, untuk ember, balik lagi plastik lagi," ungkapnya.
Baca juga: Puluhan Warga Bogor Pusing dan Mual Setelah Hirup Limbah Pabrik
Teknologi ini lanjutnya bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik yang efektif.
Khusus untuk membuat satu produk paving blok memerlukan sekitar 750 gram plastik.
Ketika jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak, maka akan mampu berkontribusi mengurangi sampah plastik.
Selain itu, produk yang dihasilkan seperti paving blok pun tidak lagi terlihat wujud plastik.
"Artinya ini benar-benar bisa menyelesaikan masalah, kalau yang lain itu dibakar, dileleh, dicetak tapi sebetulnya fisiknya masih plastik dan dikemudian hari tetap menjadi masalah. Ini plastiknya kita simpan di dalam produk, dan di produk tidak terlihat lagi wujud plastiknya, dilihat secara fisik sama dengan produk yang dari semen," ucapnya.
Selain bisa menyelesaikan masalah sampah plastik, produk yang dihasilkan juga mempunyai nilai ekonomi.
Terlebih lagi, infrastruktur terus berjalan dan membutuhkan produk-produk untuk bangunan.
Tak hanya itu, para pemulung pun bisa bertambah pendapatanya dengan mengambil sampah plastik kresek.
"Banyak manfaatnya, satu mengurangi sampah, kedua menggerakan ekonomi artinya pemulung bisa menjadi penambah pendapatan karena yang awalnya tidak dipakai akhirnya bisa diambil, bank sampah jalan, TPS 3R pun TPA pun bisa bergerak semua," tegasnya.
Baca juga: Ngawur, Ribuan Sampah Medis Dibuang di Hutan, Berbahaya Buat Warga
Menurutnya memang ada banyak penelitian sampah plastik yang dipadukan dengan berbagai media, seperti campuran abu batu.
Namun, proses dan komposisi untuk diterapkanya berbeda.
"Pertama di Indonesia, artinya Kami punya proses berbeda, dengan komposisi berbeda, makanya itu kami patenkan. Satu, proses tidak ada pembakaran dan kedua komposisi juga berbeda, komposisi sama seperti semen, maka dibilang alternatif pengganti semen, artinya kita itu pakai hanya pakai sampai sekitar 30 persen plastik," imbuhnya.
Menurutnya karena basicnya penelitian, tim peneliti mengembangkan mesin cetak sendiri dengan kapasitas kecil. Penelitian selama ini juga dibiayai secara mandiri.
"Penelitian kami banyak di Jakarta. Tapi sebagai warga Yogya, Yogya itu kan menarik. Menariknya sebagai destinasi wisata, banyak orang kratif dan pintar, dan masalah sampah kita tahu, begitu TPA ditutup semua heboh, jadi itu kita angkat dari Yogya dulu," ujarnya.
Tri Setyawati mengungkapkan rencana ke depan mengangkat teknologi ini sebagai solusi sampah plastik. Solusi yang efektif, dan bukan hanya menunda masalah.
Baca juga: Menyoal Limbah Plastik untuk Bahan Bakar Pabrik Tahu
Ke depan harapannya teknologi ini bisa dimanfaatkan dan dirasakan orang banyak. Tidak hanya kota tapi juga desa.
Sampah plastik bisa mereka kelola sendiri. Kemudian diolah digunakan sendiri dan menjadi produk misalnya paving blok.
Kemudian paving blok tersebut dipasang untuk jalan desa.
"Sekarang kalau desa-desa yang banyak desa wisata itukan sampah plastik banyak. Kalau bisa dimanfaatkan, jadi sampah plastik bersih, lingkungan terjaga tapi manfaat balik lagi ke desa dirasakan oleh desa," sebutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.