Nurul merintis usahanya ini sejak tahun 2011. Pendidikannya di bidang penciptaan seni membuatnya terampil dalam menyulam dan merajut kain.
Semula, Nurul mengajari para tetangganya yang tidak bekerja untuk merajut dan menyulam kain. Hasilnya lantas dipasarkan.
"Saya pasarkan ke teman-teman kok responsnya positif akhirnya berkembang," kata dia.
Sampai saat ini, pekerja untuk usahanya itu adalah ibu rumah tangga yang sudah pernah dilatihnya. Mereka mengerjakan busana itu dari rumahnya masing-masing.
"Karena menyulam ini fleksibel, bisa dikerjakan di mana-mana. Hanya beberapa karyawan untuk jahit dan finishing saja yang di sini," kata dia.
Baca juga: 7 Poin Tanggapan Pemprov Papua soal Penetapan KKB sebagai Organisasi Teroris
Ada 100 ibu rumah tangga yang menjadi mitra usahanya dalam merajut dan menyulam kain.
Dosen di Prodi Tata Busana, Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang itu menjual hasil produksinya dalam rentang harga Rp 85.000 hingga Rp 1.250.000.
Segmentasi pasarnya adalah perempuan berusia 30 sampai 60 tahun.
Sementara itu, pengerjaan motif sulam dan rajut itu memakan waktu yang cukup lama. Paling cepat, satu potong pakaian memakan waktu dua hari dan paling lama mencapai satu bulan.
"Penyelesaian produk tergantung dari tingkat kesulitannya. Kalau sulit, bisa seminggu atau dua minggu, bahkan ada yang satu bulan. Kalau mudah, bisa selesai dalam dua hari," kata dia.
Sementara itu, usaha rajut dan sulam itu sudah merambah ke pasar Jerman di Munchen dan pasar Spanyol di Barcelona.
Pihaknya mengaku rutin mengirim hasil produksinya ke kota-kota tersebut.
Baca juga: Gubernur Papua: Pemerintah Sebaiknya Konsultasi Bersama PBB Terkait Status Teroris terhadap KKB
"Ada yang secara terus menerus kami ekspor ke luar negeri. Terutama untuk mengerjakan baju-baju untuk musim spring dan summer. Itu kami ekspornya ke Jerman dan Spanyol," kata dia.
Nurul mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan salam satu merek pakaian yang ada di kota itu.
"Kerja sama dengan brand yang ada di sana. Produk kami dipasang di sana," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.