PONTIANAK, KOMPAS.com – Hari Raya Idul Fitri atau hari kemenangan bagi umat Muslim setelah sebulan penuh berpuasa memang harus dirayakan dengan suka cita dan kebanggan.
Bukan untuk sekadar gagah-gagahan, melainkan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), warganya memiliki cara unik merayakan dan menyambut Idul Fitri, yakni dengan cara membuat meriam karbit dan membunyikannya di pinggiran Sungai Kapuas Pontianak.
Baca juga: Cerita Berkah Ramadhan di Kampung Caruluk, Sentra Produksi Kolang-kaling Turun-temurun di Cianjur
Ibarat “perang” puluhan meriam pun saling bersahutan di kedua sisi sungai.
“Saya kurang tahu sejarahnya, tapi meriam karbit selalu dibunyikan saat menjelang Idul Fitri,” kata Hendra, satu di antara warga pembuat meriam karbit di Jalan Tanjung Raya I, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Jumat (23/4/2021) malam.
Menurut Hendra, persiapan meriam dimulai awal ramadhan. Pertama-pertama adalah menaikkan meriam yang berasal dari balok kayu berdiameter 60 centimeter dan panjang 6 meter dari dalam sungai ke daratan. Meriam itu sengaja direndam usia pakainya panjang.
Kemudian meriam tersebut dibersihkan untuk membuang kotoran yang menempel selama direndam di dalam air. Setelah dibersihkan, balok kayu yang dibagi menjadi dua bagian itu dirakit kembali menjadi satu menggunakan kain tebal.
“Setelah kering, disimpai atau dililit dengan rotan, agar ketika dibunyikan, balok kayunya tidak pecah,” ungkap Hendra.
Baca juga: Tradisi Pembagian Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo Kembali Ditiadakan
Proses pelilitan rotan, jelas Hendra, bisa memakan waktu beberapa hari, tergantung banyaknya meriam.
Setelah selesai dililit, meriamnya akan disimpan di atas dudukannya dan menghadap seberang sungai. “Nanti tinggal dicat supaya bagus dan siap dimainkan,” terang Hendra.
Tanpa festival
Pemerintah Kota Pontianak meniadakan festival meriam karbit di malam menyambut hari raya Idul Fitri 2021. Namun demikian masyarakat tetap dipersilakan membunyikan meriam untuk menjaga tradisi Ramadhan dan Idul Fitri di Pontianak.
"Kita tidak menggelar festival meriam karbit tahun ini, tetapi jika masyarakat ingin memainkannya dipersilakan," kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi kamtono.
Edi menekankan agar selama memainkan meriam karbit, warga tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan Covid-19. Menurutnya, permainan meriam karbit merupakan bagian dari budaya masyarakat Kota Pontianak.
"Mulai bulan Ramadhan boleh dimainkan, tapi untuk festivalnya kita tiadakan," ucap Edi.
Pengusir kuntilanak
Atraksi permainan meriam karbit mempunyai kisah sejarah yang menarik. Menurut cerita, Kesultanan Kadriah Pontianak di tahun 1771 sampai 1808, raja pertama Pontianak Syarif Abdurrahman Alkadrie ketika membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu hantu-hantu.
Sultan kemudian memerintahan pasukannya mengusir hantu-hantu itu dengan meriam. Membunyikan meriam adalah untuk membuang sial dan mengusir hantu kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Bunyi kerasnya juga menjadi pertanda waktu azan Maghrib.
Seiring berjalannya waktu, tradisi meriam karbit berkembang menjadi daya tarik pariwisata. Meriam ini akan dibunyikan mulai sejak malam takbiran, hingga hari ke tiga Idul Fitri.
Pengunjung pun bisa turut serta untuk membunyikan meriam ini dengan tarif berbeda yang ditentukan masing-masing kelompok sebagai pengganti bahan bakar karbit yang digunakan. Bunyi dentuman meriam karbit ini bisa terdengar hingga radius lebih dari 3 kilometer.
Sepanjang malam mulai dari takbiran hingga menjelang pagi suara dentuman ini akan terdengar sambung menyambung dengan durasi waktu yang tidak terlampau lama.
Namun, kendala yang dihadapi saat ini adalah untuk mendapatkan bahan baku yang digunakan untuk membuat meriam karena menggunakan batang kayu bulat utuh yang berukuran besar.
Selain itu, harga karbit sebagai bahan bakar yang juga mengalami kenaikan.
Meski demikian, animo masyarakat tetap tinggi untuk menggelar "perang" meriam karbit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.