Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jagung Titi, Camilan Khas Buka Puasa di Flores Timur yang Ingatkan Kampung Halaman

Kompas.com - 13/04/2021, 16:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Menjelang setiap bulan Ramadhan, warga di Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Waiwerang Kota, Kabupaten Flores Timur, disibukkan dengan membuat camilan khas, yaitu jagung titi.

Camilan khas Flores Timur itu memang selalu ada ketika waktu berbuka puasa bagi umat Islam di Adonara dan sekitarnya.

"Jagung titi makanan khas sini. Satu kampung ini, kami yang buat. Ditumbuk batu sampai gepeng, seperti emping melinjo kalau di Jawa, tapi ini bahannya jagung," kata Ketua RT 005 RW 02 Lamahala Jaya, Suleman Kasim (69), dilansir dari Antara.

Baca juga: Ratusan Warga Diduga Tertimbun Longsor di Flores Timur, 23 Jenazah Telah Dievakuasi, Ini Penjelasan BPBD

Hal senada juga diungkapkan Zainab Andullah, salah satu produsen jagung titi di Desa Lamahala Jaya.

"Kalau Ramadhan bisa tambah untung Rp 15.000. Kalau hari biasa untungnya Rp 30.000 sehari," katanya.

Namun, menurut Zainab, bencana banjir bandang membuat dirinya harus menunda membuat jagung titi karena harus melayat dan membantu tetangganya yang menjadi korban.

Baca juga: Beri Uang Tebusan ke KKB, Bupati Puncak: Negara Tidak Pernah Kalah, demi Kemanusiaan

Mirip emping, tetapi...

Penduduk Lamahala, Flores Timur, NTT mengunyah jagung titi, Senin (12/4/2021). (FOTO ANTARA/Andi Firdaus)Antara Penduduk Lamahala, Flores Timur, NTT mengunyah jagung titi, Senin (12/4/2021). (FOTO ANTARA/Andi Firdaus)

Suleman menjelaskan, jagung titi bentuknya mirip kudapan emping di Jawa.

Namun, bahan dasar jagung titi adalah jenis jagung pulut. Sedangkan emping dibuat dari biji melinjo.

Jagung titi dibuat dari jagung pulut karena bertekstur empuk dan lengket. Selain itu, menurut Suleman, proses produksinya pun masih dengan peralatan tradisional.

Baca juga: Terkendala Cuaca, Rombongan Kepala BNPB Tempuh Jalur Darat dari Maumere ke Flores Timur, NTT

Biji direndam semalaman, kemudian dipanaskan dalam periuk menggunakan kayu bakar hingga setengah matang.

Lalu, saat proses adukan hingga mengangkat biji jagung dari periuk panas dilakukan tanpa menggunakan alat, melainkan dengan jari tangan si pembuat.

"Kira-kira satu jimpit jagung kita taruh di atas periuk (batu) lalu ditumbuk sampai gepeng," kata Suleman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com