Selain tak bisa mengadakan pertunjukan, pandemi Covid-19 juga membuatnya harus membatalkan undangan berpentas di berbagai acara.
Sebelum ada pandemi Covid-19, Wartoyo mengaku bisa manggung sebanyak 20-28 kali dalam sebulan.
Tak hanya area Solo dan sekitarnya, pertunjukan wayang kulitnya juga digelar di berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Klaster Takziah di Sleman, Puluhan Warga di Dua Dusun Positif Covid-19
"Jadi aksi kemarin itu dikatakan frustrasi, ya frustrasi. Iya, ya tidak. Biar didengar yang pemangku kebijakan," tuturnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan membantu sesama seniman yang terdampak, warga Dukuh Bulu RT 004 RW 003 Desa Tegal Giri, Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah, ini sampai menjual empat mobilnya.
Kini, Wartoyo mengandalkan bisnis di dunia properti, meski terdampak juga oleh pandemi.
"Sejak pandemi sampai sekarang tidak bisa pentas. Padahal, untuk beralih ke profesi kita tidak mudah. Untuk pentas dengan virtual perlu fasilitas, akun YouTube, sound, dan lain-lain yang kita pikirkan siapa yang mau membayar kita," ungkapnya.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 dari Klaster Takziah di Sleman Jadi 100 Orang