Syarif Abdullah meninggalkan Kerajaan Menpawah dan merantau. Ia tiba di Banjarmasin dan menikah dengan adik Sultan Banjar Sunan Nata Alam dan ia pun dilantik sebagai seorang pangeran.
Baca juga: Jangan Lewatkan, Ini Jadwal Detik-detik Tanpa Bayangan di Tugu Khatulistiwa Pontianak
Dia berhasil dalam peniagaan. Lalu ia mempersenjatai kapal pecalang dan perahu lancang untuk melawan Belanda.
Dibantu Sultan Pasir, Syarif Abdullah membajak kapal Belanda dan juga kapal Inggris di dekat Bangka.
Dengan kekayaannya, ia kemudian mendirikan pemukiman yang menjadi pusta perdagangan yang kini dikenal dengan nama Pontianak.
Baca juga: Hari Ini, Sejumlah Daerah di Sumbar Alami Hari Tanpa Bayangan
Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dipimpin Willem Ardinpola memasuki Pontianak.
Mereka kemudian menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.
Pada 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan sang sultan bahwa Tanah Seribu menjadi pusat kegiatan bangsa Belanda.
Wilayah tersebut kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Residant het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd de Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontinak).
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan Sepanjang Maret 2021, Begini Dampaknya bagi Indonesia
Area tersebut kemudian menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.
Lalu Asistent Resident het Hoofd de Afdeeling van Pontianak semacam Bupati Pontianak mendirikan Plaatselijk Fonds yang mengelola eigendom atau kekayaan pemerintah serta mengurus dana pajak.
Pada masa penjajahan jepang, Plaatselijk Fonds berganti nama menjadi Shintjo.
Singkat cerita, sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Pemerintah Tingkat II Pontianak diubah sebutannya menjadi Pemerintah Kota Pontianak.
Kini Pontianak terus menjadi kota yang berkembang dan layak menjadi kota tujuan wisata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.