Penyebab tanah bergerak
Sutrisno melanjutkan, berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan oleh Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kondisi wilayah Desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, masih berpotensi terjadi gerakan tanah menengah sampai tinggi apabila curah hujan tinggi.
"Daerah tersebut masuk zona kuning dengan kemiringan 20 – 35 derajat, dan masih dijumpai retakan kecil akibat tarikan longsor sebelumnya," ucap Sutrisno.
Struktur tanah di lokasi longsor termasuk memiliki pelapukan tanah yang tebal dan batuan dasar berupa batu pasir.
Daerah tersebut juga masuk formasi halang dengan karakteristik perselingan batu pasir, breksi dan lempung yang bersifat kedap air dan berperan sebagai bidang gelincir.
"Penyebab lainnya gerakan tanah adalah saluran drainase perumahan penduduk yang buruk dan kurangnya vegetasi besar dan berakar dalam," kata Sutrisno.
Sesuai rekomendasi PVMBG, warga terdampak tanah bergerak perlu direlokasi.
Relokasi akan dipersiapkan oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Purworejo.
Kemudian, warga yang bermukim di area gerakan tanah berwarna kuning diminta untuk mengungsi dahulu ke lokasi yang lebih aman.
"Sesuai rekomendasi PVMBG, masyarakat diminta untuk perubahan tata guna lahan menjadi lahan kering dengan sistem terasering dan tidak tidak mengembangkan permukiman di mahkota longsoran," kata dia.
Hal yang tidak kalah penting untuk mengantisipasi meluasnya pergerakan tanah adalah melakukan perbaikan dan penangganan saluran irigasi yang rusak sesuai kaidah teknis, serta perbaikan sistem drainase.
Kemudian membuat landai lereng yang longsor, serta normalisasi aliran sungai yang terhambat dan terbendung.
Untuk area dekat longsor perlu pembuatan jalur evakuasi, pemasangan garis polisi untuk mengurangi intensitas kerumunan warga yang datang.
Masyarakat juga harus meningkatkan kewaspadaan apabila turun hujan lebat, serta monitoring secara intensif jika terjadi perkembangan retakan atau gejala awal gerakan tanah.
Sementara itu, Camat Bruno Netra Asmara Sakti menuturkan, saat ini ada 12 KK yang masih mengungsi di hunian sementara yang dibangun oleh pemerintah setempat.
Sakti menyebutkan, ada 3 desa yang mengalami fenomena itu, yakni Tegalsari, Kaliwungu, dan Somoleter.
Ketiganya bukan masuk kategori rawan bencana.
"Ketiganya bukan daerah rawan, tapi terjadi. Kami minta masyarakat waspada," ujar Sakti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.