Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dedi Mulyadi Bangunkan Pemulung yang Tidur Lama di Trotoar karena Menahan Lapar

Kompas.com - 05/03/2021, 10:13 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Anggota DPR RI yang juga Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi berbagi cerita tentang pengalamannya membantu seorang pemulung di pusat Kota Bandung yang tertidur cukup lama di trotoar.

Kamis (4/3/2021) kemarin, Dedi menyempatkan diri untuk pergi ke Kota Bandung untuk menemui sahabatnya, Joko dan Ustaz Yusuf Mansur.

Di tengah jalan, mantan bupati Purwakarta itu melihat seorang pria tua tertidur memeluk karung yang berisi barang rongsokan di atas trotoar sekitar pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Mobil Mewah Dedi Mulyadi Rusak Parah karena Ditenggelamkan, Direparasi oleh Montir Lulusan SD

Dedi awalnya tak peduli, kendaraannya tetap melaju menuju rumah Ustaz Yusuf Mansyur.

Seusai pertemuan, Dedi memutuskan kembali ke Purwakarta sekitar pukul 13.30 WIB.

Dia pun terkejut ketika melihat pemulung tua tersebut masih tidur di posisi semula dan tidak berubah.

"Awalnya saya biarkan, tapi ketika saya pulang, saya ke situ lagi dan dia masih tidur. Saya khawatir karena banyak pemulung yang tiba-tiba meninggal di trotoar," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/3/2021).

Dedi pun turun dari mobilnya, menghampiri dan membangunkan pria tua tersebut dari tidur pulasnya.

Air mata pun tidak terbendung dan mengalir dari pipi Dedi ketika pria tersebut menjawab alasan tidur di trotoar hingga waktu yang lama.

Ternyata pria yang bernama Agung itu sedang menahan lapar sehingga ia tidur untuk waktu yang lama.

"Saya tanya kenapa Bapak tidur pulas lama sekali di trotoar. Dia jawab tertidur sejak pagi karena dia tidak makan. Dia bercerita bahwa sudah tidur di tempat itu sejak subuh. Itu rentang waktu yang sangat panjang untuk tidur. Dia mengatakan bahwa pilihan untuk tidur dilakukannya untuk menahan lapar karena tidak ada uang untuk membeli nasi," ungkap Dedi.

Dedi mengaku yakin pria tersebut tidak berbohong. Menurut dia, Agung bukan berpura-pura menjadi gelandangan untuk mendapatkan rasa iba dari orang-orang.

"Saya secara intuitif bisa membedakan mana orang yang pura-pura dan mana yang benar-benar susah. Saya sudah punya pengalaman dengan orang yang pura-pura. Kalau dia tertidur pulas agak lama, berarti bukan pura-pura, tapi karena memang dia menahan lapar. Itu menjadi cara dia bersikap menerima. Ini memang alami," bebernya.

Dedi mengatakan, hasil memulung barang rongsokan yang dijalani Agung memang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dedi pun segera meminta pria tersebut pulang ke keluarganya dan memberikan modal usaha agar perekonomiannya lebih meningkat.

"Dikasih support untuk berjualan. Karena sehari kalau cuma mulung hanya dapat Rp 20.000. Saya minta dia segera makan, kembali ke rumah, dan menyiapkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk berusaha agar bisa bernasib lebih baik dengan berjualan. Dia sempat menangis histeris," bebernya.

Baca juga: Lihat Pria Korban Tanggul Jebol Berdaster, Dedi Mulyadi Berikan Baju yang Dipakainya

Dedi berharap pemerintah Kota Bandung bisa lebih tanggap untuk memilah pemulung, gelandangan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang benar dan yang berpura-pura.

"Pemerintah harus reaktif. Kalau tidak reaktif, yang pura-pura nanti makin banyak. Kalau tidak ditangani segera, nanti Kota Bandung bisa jadi pusat gelandangan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com