Namun, lambat laun, warga memilih pindah mengikuti keluarga ke kampung lain. Ipin membantah bahwa warga meninggalkan kampung itu karena persoalan mistis.
Ia meyakini, semua tempat pasti memiliki cerita mistis masing-masing. Warga banyak meninggalkan kampung tersebut karena kondisinya sepi.
"Dulunya banyak penghuninya. Karena tempatnya tidak ramai ada yang sudah nikah ikut pasangannya. Kemudian, yang punya anak ikut anaknya," kata Ipin.
Baca juga: 17 Ahli Waris Korban Covid-19 di Ponorogo Gagal Terima Santunan
Walaupun kampung itu kosong, masih ada mushala yang masih dimanfaatkan warga utuk menjalankan ibadah shalat dzuhur dan ashar.
Mereka yang datang adalah petani yang memiliki sawah di dekat lingkungan tersebut.
“Mushala masih sering dipakai untuk beribadah, dan selalu dibersihkan setiap hari,” kata Iping.
Ipin mengatakan, hingga saat ini, tidak ada satu pun warga yang ingin kembali ke kampung tersebut karena mereka sudah memiliki rumah sendiri.
Namun, sesekali mereka datang ke kampung mati karena masih memiliki aset. Kepemilikan tanah di kampung tersebut sebagian besar dikuasai beberapa ahli waris.
Selain itu, mereka datang untuk menggelar acara peringatan hari wafatnya pendahulu yang meninggal di kampung tersebut.
Kampung mati tersebut sempat ditawar oleh pengembang untuk dijadikan kompleks perumahan.
Baca juga: Hujan Deras Guyur Ponorogo, 40 Rumah dan Kantor Dishub Terendam Banjir
Namun, pemilik tanah menolak tawaran tersebut. Mereka hanya akan menjual tanah mereka jika untuk membangun pesantren.
"Namun, bila dibeli untuk pembangunan pesantren ahli waris menerimanya," ujar Ipin.
Setelah kampung mati itu viral di media sosial, banyak orang yang datang ke kampung tersebut karena penasaran.
SUMBER: KOMPAS.com (Peulis: Muhlis Al Alawi | Editor : Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.