Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Warga yang Pakai Uangnya untuk Usaha Sangat Minim, Jangan Heran di Sini Cari Warung Makan Susah"

Kompas.com - 17/02/2021, 05:36 WIB
Hamim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

TUBAN, KOMPAS.com - Ratusan warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mendadak jadi miliarder dan ramai-ramai memborong mobil baru. 

Aksi memborong barang mewah itu viral setelah video kedatangan mobil baru diunggah dan menyebar di media sosial.

Dalam video yang berdurasi 18 menit dan 11 menit terlihat belasan mobil baru yang diangkut menggunakan mobil towing dan dikawal polisi lalu lintas.

Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto membenarkan video tersebut.

Warga, kata dia, biasanya memilih membeli mobil secara berkelompok di dealer yang terdapat di Surabaya dan Gresik.

Dalam video yang viral itu, terdapat 17 mobil baru yang datang dengan pengawalan polisi pada Minggu (14/2/2021).

Baca juga: Ratusan Warga Mendadak Jadi Miliarder, Kades: Sedikit yang Pakai Buat Usaha, Banyak Beli Mobil

"Yang datang mobil baru semua, dan kalau ditotal semua itu kurang lebih ada 176 unit mobil baru yang sudah dibeli warga Sumurgeneng," kata Gihanto kepada Kompas.com, Selasa (16/2/2021).

Menurutnya, warga membeli mobil baru setelah menerima uang pembebasan lahan proyek pembangunan kilang minyak new grass root refinery (NGRR) Pertamina.

Sekitar 225 kepala keluarga di Desa Sumurgeneng menjual lahan garapan yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak terbesar di Indonesia itu.

Uang pembebasan lahan yang diterima warga juga bervariasi, mulai dari Rp 28 juta. Namun, sebagian besar warga mendapat uang sebesar Rp 8 hingga 10 miliar.

Beberapa orang lainnya mendapat uang di atas Rp 20 miliar.

Setelah mendapat uang hasil penjualan tanah itu, sebagian besar warga desa memilih membeli mobil.

 

Sekarang, kata Gihanto, hampir setiap rumah warga yang mendapat uang pembebasan lahan memiliki satu hingga tiga mobil di garasinya.

Selain membeli mobil, sebagian warga memilih membeli tanah dan membangun rumah.

"Warga yang menggunakan uangnya untuk usaha sangat minim, jadi jangan heran kalau di kampung sini cari warung makan aja susah," jelasnya.

Mulyadi, seorang warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa timur, menunjukkan koleksi mobil yang barusan dibeli usai menerima uang pembebasan lahan dari proyek pembangunan kilang minyak di Tuban. Selasa (16/2/2021).KOMPAS.COM/HAMIM Mulyadi, seorang warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa timur, menunjukkan koleksi mobil yang barusan dibeli usai menerima uang pembebasan lahan dari proyek pembangunan kilang minyak di Tuban. Selasa (16/2/2021).

Salah seorang warga Sumurgeneng, Mulyadi mengaku membeli mobil dengan sebagian uang hasil pembebasan lahan pembangunan kilang minyak.

Mobil itu digunakan untuk transportasi keluarga sehari-hari.

Baca juga: Heboh Dana Rp 9 Miliar ke Yudhoyono Foundation, Ini Penjelasan Bupati Pacitan Indartato

"Ya banyak yang membeli mobil, kalau mobil baru saya beli seharga Rp 400-an juta," katanya kepada Kompas.com, Selasa.

Sementara, proyek pembangunan kilang minyak NGRR Pertamina yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun.

Proyek ini ditargetkan beroperasi pada 2024, memiliki luas mencapai 1.050 hektare dengan rincian 821 hektare lahan darat, sedangkan sisanya lahan reklamasi laut.

Untuk kebutuhan lahan darat, tersebar di Desa Kaliuntu enam bidang, 562 bidang di Wadung, 566 bidang di Sumurgeneng, Perhutani satu bidang, dan di KLHK satu bidang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com