Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdampak Pandemi, Bule Asal Belanda Buka Warung Mi Ayam "Telolet"

Kompas.com - 22/01/2021, 11:40 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Salah satunya adalah Charlotte Peeters.

Perempuan asal Belanda yang telah menetap di Yogyakarta sejak 2009 itu sebenarnya mempunyai usaha di bidang pariwisata bersama sang suami, Arya Andika Widyadana.

Namun, ketika Covid-19 menerjang, usahanya sepi.

"Kami harus mencari pemasukan yang lain untuk bisa survive," ujar Charlotte Peeters saat ditemui Kompas.com di warungnya, Kamis (21/1/2021).

Charlotte dan suami sebenarnya memiliki mimpi untuk membuka bisnis di bidang kuliner.

Ketika pandemi datang dan mulai mengguncang usaha pariwisatanya, mereka memutuskan untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Kini, keduanya membuka warung makan bakso dan mi ayam di Jalan Moses Gatotkaca, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY. Warung yang mulai beroperasi sejak 17 Agustus 2020 ini mereka namai Bakso Mi Ayam “Telolet”.

Baca juga: Kisah Bule Asal Belanda Jualan Mi Ayam di Yogya, Harganya Rp 7.000 Semangkuk

Menurut Charlotte, ide penamaan “Telolet” datang dengan sendirinya. Kata itu dipilih karena lucu.

“Waktu kami buka memang cari nama, nah sempat kepikiran bikin nama Mi Ayam bakso 'Amsterdam' atau apa, tetapi kami berpikir otomatis ekspektasi orang harus ada rasa Belanda. Akhirnya enggak tahu aja tiba-tiba kami dapat ‘telolet’ dan kami berdua cocok dengan itu dan lucu aja," urainya.

Lalu, kenapa memilih berjualan bakso dan mi ayam?

Ilustrasi mi ayam. PIXABAY/YASH GOOLY Ilustrasi mi ayam.

"Suami kan paling suka bakso dan saya suka mi ayam ya akhirnya kami membuat keputusan, membuka warung mi ayam bakso. Kami buka mulai 17 Agustus 2020 kemarin," jelas Charlotte.

Untuk mencapai rasa yang khas, Charlotte berkali-kali memasak dan mengembangkan resep mi ayamnya. Mi ayam racikan Charlotte memiliki rasa gurih.

"Belajar masak mi ayam, sampai sekarang masih belajar, sering ada merasa kurang di sini, masih ada revisi soal rasa. Jadi kami mi ayam lebih gurih, untuk input rasa Belanda itu enggak ada, rasanya Indonesia sekali," terangnya.

Pengunjung bisa mencicipi satu porsi mi ayam seharga 7 ribu Rupiah. Charlotte sengaja mematok di harga itu supaya terjangkau. Apalagi, ujar Charlotte, pandemi ini memberikan dampak kepada perekonomian masyarakat.

Baca juga: Keraton Yogyakarta Bantah Adanya Pencopotan Jabatan GBPH Prabukusumo

"Kami sendiri merasakan dampak pandemi seperti apa, paling penting untuk kami harga murah semua orang bisa datang untuk makan, tapi walaupun murah rasanya harus enak," tuturnya.

Selain karena kesukaan, harga itulah yang juga membuat Charlotte dan suami membuka warung bakso dan mi ayam. Menurutnya, bila memilih menu lain, harganya belum tentu bisa dijangkau masyarakat.

Tidak menyerah meski pembeli menurun

IlustrasiBrianAJackson Ilustrasi

Charlotte menyampaikan pemberlakuan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Kabupaten Sleman mengakibatkan jumlah pembelinya berkurang.

Walau pembeli menurun, Charlotte dan suami terus membuka warungnya. Mereka tidak menyerah.

"Saat ini minggu ini setiap hari Rp700.000-Rp800.000 omzetnya, tetapi sebelumnya anjlok, sehari hanya Rp150 .000 karena memang ada pembatasan secara terbatas itu terasa langsung. Tetapi paling penting kita jangan sampai give up, lanjut terus," ungkapnya.

Baca juga: 2 Hari Sebelum Positif Covid-19, Bupati Sleman Bertemu HB X dan Menteri KP

Tak hanya memasak, Charlotte juga menyajikan langsung pesanan kepada pembeli. Bakso Mi Ayam “Telolet” kepunyaan Charlotte Peeters dan sang suami ini sempat viral di media sosial.

Charlotte menceritakan sebelum viral beberapa pembeli sempat kaget karena yang melayani mereka adalah seorang bule. Semenjak viral, pembelinya tak lagi kaget. Agar membuat pembelinya nyaman, Charlotte suka mengajak mereka berbincang. Charlotte fasih berbahasa Indonesia.

Sejak kecil sudah kenal Indonesia

Ilustrasi bendera merah putih, merah putih, IndonesiaShutterstock Ilustrasi bendera merah putih, merah putih, Indonesia

Sebelum memilih tinggal di sini, Charlotte telah mengenal Indonesia sejak kecil. Ternyata, neneknya adalah warga negara Indonesia asal Sumatera.

"Jadi nenek saya Indonesia, kakek Belanda. Nenek saya dari Sumatera, dia lahir di Lampung, papa saya lahir di Sorong. Kurang lebih usia 10-12 tahun pertama kali ke Indonesia, kemudian 2003, 2006, waktu itu tidak setiap tahun, tapi beberapa kali," kenangnya.

Sedari kecil, Charlotte merasa Indonesia adalah rumah keduanya. Di usianya sekarang, perasaan itu makin menguat.

Pada 2009, Charlotte mengunjungi Indonesia lagi, tepatnya di Yogyakarta. Ia datang untuk belajar bahasa Indonesia karena akan bekerja di sini. Sejak itu, dia menetap di Indonesia dan pada 13 Desember 2011, ia menikah.

Baca juga: Sederet Fakta Bupati Sleman Terpapar Covid-19 Sepekan Usai Disuntik Vaksin

Kini, Charlotte Peeters dan suaminya, Arya Andika Widyadana, dianugerahi satu putri dan satu putra.

"Saya masih warga negara Belanda, tapi saya boleh bilang saya punya KTP. Karena sudah punya visa KITAP saya boleh terima KTP," terangnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Khairina)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com