Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bule Asal Belanda Jualan Mi Ayam di Yogya, Harganya Rp 7.000 Semangkuk

Kompas.com - 22/01/2021, 05:55 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

Harga satu mangkok mi ayam ini terhitung murah. Charlotte Peeters sengaja memasang harga murah agar terjangkau bagi masyarakat.

Terlebih lagi, di kala pandemi ini juga berdampak bagi perekonomian masyarakat.

"Kami sendiri merasakan dampak pandemi seperti apa, paling penting untuk kami harga murah, semua orang bisa datang untuk makan, tapi walaupun murah rasanya harus enak," jelasnya.

Harga itulah yang juga menjadi pertimbangan memilih membuka warung mi ayam dan bakso.

Sebab, jika memilih makanan lain belum tentu bisa memberi harga yang murah per mangkoknya.

Penamaan telolet ini, lanjutnya, datang dengan sendirinya. Nama itu dipilih karena lucu dan mudah diingat oleh orang.

"Waktu kami buka memang cari nama, nah sempat kepikiran bikin nama mi ayam bakso Amsterdam atau apa tetapi kami berpikir otomatis ekspektasi orang harus ada rasa Belanda. Akhirnya enggak tau aja tiba-tiba kami dapat telolet dan kami berdua cocok dengan itu dan lucu aja," urainya.

Diakuinya, diterapkan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Sleman menyebabkan penurunan pembeli.

Meski pembeli menurun, Charlotte Peeters dan suaminya tidak pernah menyerah. Ia tetap terus menjalankan usahanya.

Hingga akhirnya, warung mi ayam baksonya menjadi viral di media sosial. Sejak itu, pembeli di warungnya mulai naik kembali.

"Saat ini minggu ini setiap hari Rp 700.000-Rp 800.000 omzetnya, tetapi sebelumnya anjlok, sehari hanya Rp 150 .000 karena memang ada pembatasan secara terbatas itu terasa langsung. Tetapi paling penting kita jangan sampai give up, lanjut terus," tegasnya.

Sebelum viral di media sosial, pembeli yang datang ke warungnya sering kali kaget. Mereka kaget karena melihat yang memasak mi ayam dan mengantarkan seorang bule.

"Saat saya sendiri sedang masak kan tidak langsung keliatan, nah waktu keluar (mengantar makanan) reaksi pertama kaget. Tapi saya suka membuat mereka nyaman berbincang-bincang, sejak viral banyak orang datang sehingga tidak kaget lagi saat melihat mbak bule masak mi ayam," bebernya.

Charlotte Peeters masih mempunyai darah Indonesia. Neneknya merupakan warga negara Indonesia asal Sumatera.

"Jadi nenek saya Indonesia, kakek Belanda. Nenek saya dari Sumatera, dia lahir di Lampung, papa saya lahir di Sorong. Kurang lebih usia 10-12 tahun pertama kali ke Indonesia, kemudian 2003, 2006, waktu itu tidak setiap tahun, tapi beberapa kali," ucapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com