Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Datangi Pusara Ibunya Sebelum Damaikan Anak yang Laporkan Ibu ke Polisi, Ini Cerita Dedi Mulyadi

Kompas.com - 14/01/2021, 09:22 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Air mata Dedi Mulyadi mengalir menyaksikan kasus anak yang melaporkan ibu ke polisi berakhir damai.

Ketua Komisi IV DPR RI itu rupanya turut menangis haru melihat ibu dan anak yang mulanya berseteru, akhirnya berpelukan.

Kejadian mengharukan itu, membuat Dedi teringat sosok almarhumah ibundanya.

Baca juga: Anak Kandung Cabut Gugatan kepada Ibunya, Dedi Mulyadi Menangis: Saya Lakukan Ini demi Ibu

Datangi pusara ibu sebelum ke Demak

Ilustrasi pemakaman. Ilustrasi pemakaman.
Sebelum berangkat ke Demak untuk proses islah kasus itu, Dedi sempat mengunjungi makam ibunya.

"Sebelum berangkat ke sini (Demak) saya datangi pusara ibu," kata dia.

Sosok sang ibu merupakan motivasi di balik kegigihan Dedi mendamaikan kasus antara anak bernama Agesti dengan ibunya, Sumiyatun di Demak.

"Apa yang saya lakukan semua demi ibu," ujar Dedi dengan suara tersendat, sembari meneteskan air mata.

Sebab, menurutnya, penyesalan terbesar seorang anak adalah saat tak bisa membahagikan orangtua, terutama ibunda.

Dedi melakukan hal ini demi menebus rasa penyesalan terhadap ibunda yang telah melimpahinya dengan cinta.

Sayangnya, sang ibu belum sempat menyaksikan Dedi Mulyadi menuju ke puncak kariernya.

"Penyesalan terbesar dalam hidup saya adalah ibu belum sempat menyaksikan saya bisa seperti sekarang ini," tutur Dedi sendu.

Baca juga: Menangis dan Saling Berpelukan, Ini Akhir Kasus Anak Laporkan Ibu ke Polisi

 

ilustrasi ibu menggenggam tangan anaknyaPixabay/vitamin ilustrasi ibu menggenggam tangan anaknya
Damaikan beberapa kasus perseteruan ibu dan anak

Kasus Agesti dan Sumiyatun di Demak, bukan kasus pertama yang didampingi oleh Dedi.

Ia juga menyelesaikan beberapa kasus perseteruan ibu dan anak lainnya.

Dedi pernah menyelesaikan kasus Nenek Cicih, ibu 78 tahun yang digugat empat anak kandungnya gara-gara warisan.

Kasus itu terjadi di Bandung pada tahun 2018.

Selanjutnya, Dedi juga ikut andil menyelesaikan perkara perdata utang piutang antara Amih Siti Rohaya (83), ibu di Garut yang diguguat anak kandung dan menantunya sendiri.

Baca juga: Identitas Sarah Diduga Digunakan Teman Kos untuk Naik Sriwijaya Air, Kuasa Hukum: Kenapa Bisa Lolos?

Kasus anak laporkan ibu, berujung tangis dan pelukan haru

S (36) berpelukan dengan anaknya A (19) saat proses mediasi di Kantor Kejaksaan Negeri Demak Jawa Tengah , Rabu (13/1/2021)KOMPAS.COM/ARI WIDODO S (36) berpelukan dengan anaknya A (19) saat proses mediasi di Kantor Kejaksaan Negeri Demak Jawa Tengah , Rabu (13/1/2021)
Perjalanan kasus anak yang laporkan ibu kandungnya berakhir tangis dan pelukan haru.

Sang anak, Agesti sempat melaporkan ibunya ke polisi atas kasus KDRT karena kuku sang ibu mengenai wajahnya.

Di balik masalah itu, rupanya ada persoalan rumah tangga karena ibu dan ayah Agesti telah bercerai.

Agesti akhirnya resmi mencabut laporannya ke polisi. Kini ia merasa lega.

"Alhamdulillah, Mas, sudah lega," kata Agesti.

Tak jauh berbeda dengan putrinya, sang ibu, Sumiyatun pun mengungkapkan rasa syukur.

"Iya, Alhamdulillah, saat ini merasa lebih bahagia ketemu anak. Lama tak bertemu hampir setengah tahun, mulai Agustus. Tapi sekarang bisa bertemu lagi," kata dia terharu.

Sumiyatun berterima kasih pada para pihak yang telah memediasi hingga mereka berdamai.

"Terima kasih support-nya, kepada Kang Dedi. Terima kasih juga atas wartanya, kalau enggak kayak gini (diberitakan) enggak akan ketemu," kata Sumiyatun.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Demak, Ari Widodo | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com