Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa di Jombang Sudah 13 Hari Terendam Banjir, Ini Penyebab Air Tak Kunjung Surut

Kompas.com - 14/01/2021, 06:54 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Banjir yang melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, tak kunjung surut selama dua pekan.

Banjir melanda dusun itu sejak awal tahun. Total 13 hari dusun itu telah terendam banjir.

Hingga Rabu (13/1/2021), belum ada tanda-tanda banjir akan surut. 

Bupati Jombang Mundjidah Wahab mengungkapkan, kondisi banjir yang melanda Dusun Beluk lebih parah dibanding tahun sebelumnya.

Menurut dia, salah satu faktor dominan yang membuat banjir tak kunjung surut adalah curah hujan yang tinggi karena dampak fenomena la nina.

"Problemnya memang setiap tahun, namun tahun ini lebih besar dan lebih lama. Saya pantau makin naik airnya karena (faktor) hujan (terjadi) setiap hari," ujar Mundjidah saat meninjau lokasi banjir, Rabu.

Mundjidah menyebutkan, tak ada kesalahan teknis dari pembangunan Dam Sipon di Kabupaten Mojokerto yang merupakan muara aliran Sungai Avur Watudakon atau penyaring sampah di depan dam.

Baca juga: 2 Penumpang Sriwijaya Air yang Pakai Identitas Orang Lain Akan Menikah, Ini Alasannya ke Pontianak

"Tidak ada kesalahan teknis. Memang (faktor) alam, hujannya terus, setiap hari," kata Mundjidah.

Selain tingginya curah hujan, kata Mundjidah, penyebab banjir amelanda dalam waktu yang cukup lama, yakni banyaknya sampah di aliran sungai Avur Watudakon.

Tingginya volume sampah membuat aliran sungai Avur Watudakon ke Dam Sipon tersendat di penyaring sampah, sehingga air sungai meluber ke perkampungan warga.

Ia mengatakan, untuk mengurangi genangan air yang membanjiri Dusun Beluk, salah satu upayanya adalah membersihkan sampah yang menghambat laju aliran air di Dam Sipon.

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Jombang Miftahul Ulum mengungkapkan, untuk menangani banjir akibat luapan sungai Avur Watudakon, pihaknya sudah melakukan normalisasi sungai beberapa bulan lalu.

 

Saat banjir melanda, kata Ulum, pihaknya bersama masyarakat setempat dan BBWS juga melakukan pembersihan sampah yang menumpuk di penyaring sampah di depan Dam Sipon.

"Seminggu lalu kami menurunkan alat berat di trash track. Volume sampahnya tinggi sekali, tapi yang bagian atas sudah berhasil diangkat, bagian bawah yang belum," kata Ulum kepada Kompas.com di kantornya, Rabu.

Pada Kamis (14/1/2021), ungkap Ulum, pihaknya bersama-sama dengan BBWS Brantas dan Pemkab Mojokerto, akan melakukan pengambilan dan pembersihan sampah di bagian bawah trash track.

"Rencananya hari Kamis kita lakukan pengambilan sampah. Kemudian alat berat yang dari BBWS dan PJT akan disiagakan untuk mengambil sampah, sampai dengan musim hujan berakhir," ujar Ulum.

Petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Rizal Arifuddin mengatakan, pembangunan tanggul yang belum selesai serta volume sampah sungai menjadi penyebab utama banjir tidak kunjung surut.

Baca juga: Viral, Video Pasangan Pengantin Menikah di Dekat Mobil Jenazah

Beberapa bulan lalu, ungkap dia, BBWS Brantas melakukan normalisasi sungai Avur Watudakon dan avur Sungai Balongkrai di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Selain mengeruk tanah sedimen, proyek normalisasi sungai tersebut juga membuat tanggul dengan memanfaatkan tanah yang dikeruk dari sungai.

Namun, kata Rizal, hingga memasuki musim hujan, belum semua aliran sungai selesai dinormalisasi maupun dibangun tanggul.

"Pembangunan kami belum selesai. Jadi, tanggul kami yang dari Balongkrai dan Jombok, terhenti di perbatasan Jombang dan Mojokerto, sehingga yang dari arah Jombang memang belum ada tanggulnya. Jadi ketika hujan air melimpah. Itu (penyebab banjir) yang pertama," kata Rizal, saat dikonfirmasi di lokasi banjir di Dusun Beluk, Rabu.

Menurut dia, masalah berikutnya yang menjadi penyebab banjir di Dusun Beluk, serta Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, yakni tingginya volume sampah yang tersangkut di penyaring sampah di depan Dam Sipon.

"(Sampah) yang tersangkut banyak, ada bagian atas dan ada yang bagian bawah. Sementara ini kita masih mampu membersihkan yang bagian atas, sehingga kita berusaha dengan berbagai cara untuk membersihkan screen yang bagian bawah," kata Rizal.

 

Sebelumnya, banjir melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, sejak awal Januari 2021.

Pantuan Kompas.com, kondisi banjir pada Rabu atau pada hari ketiga belas, masih sama dengan sehari sebelumnya.

Banjir menggenangi sepanjang jalan Dusun Beluk, pekarangan rumah, hingga sebagian besar rumah warga.

Baca juga: Protes Warga Terdampak Banjir ke Bupati: Ayo Masuk kalau Berani, Jangan Hanya di Sini

Ketinggian banjir bervariasi. Di jalan raya dan pekarang rumah warga, ketinggian banjir antara 30 hingga 80 centimeter.

Sedangkan di rumah-rumah warga, ketinggian antara 15 hingga 50 centimeter.

Banjir tersebut menyebabkan 170 rumah serta sekitar 90 hektar lahan pertanian terdampak banjir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com