Dengan adanya internet, penjualan Panut sudah menyasar ke luar negeri.
Dia banyak menggunakan Facebook, Instagram dan WhatsApp.
“Sempat pakai website dulu. Cuma tidak untuk jual beli. Jadi cuma sampai 2018. Sampai sekarang fokus di tiga medsos tadi,” katanya.
Panut mengatakan pembeli pertama dari luar negeri ialah dari Singapura.
“Pembeli pertama dari Singapura. Jenis ikan fancy crowntail seharga 35 dollar Singapura waktu itu dollar Singapura sekitar Rp 9.500 per 1 dollar,” katanya.
Menurutnya, pengiriman ke luar negeri menggunakan jasa transhipper yang dapat merawat ikan selama perjalanan.
“Biaya pengirimannya waktu itu kurang lebih Rp 100.000,” katan dia.
Baca juga: Kisah Ibu Dilaporkan oleh Anak ke Polisi, Bertengkar Soal Pakaian dan Terancam 5 Tahun Penjara
“Jadi kita ada perhatiin tulang-tulang ikan. Itu yang kita bisa jadi patokan untuk sortir ikan,kalau kami pribadi. Terus jadi ada setiap kategori warna ada pembagian warna atau kayak proporsi warna lah, contoh kayak multicolor, dia minimal tiga warna di badan di setiap sirip, sirip atas belakang bawah,” tuturnya.
Warna yang unik kemungkinan akan jarang dimiliki orang, sehingga harganya mahal.
Jika memang kondisinya spesial, kata Panut, kolektor tak akan berpikir panjang untuk membeli cupang dengan harga mahal.
Panut sendiri pernah menjual cupang seharga Rp 9 juta kepada orang Jakarta.
Di Jambi, dia pernah menjual seharga Rp 2,5 juta.
“Di Jambi standar paling mahal biasanya Rp 1,3 juta,” katanya.