Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Tenaga Medis: Bukan Hanya Saya, di Sini Mungkin 80 Persen Takut untuk Divaksin

Kompas.com - 08/01/2021, 06:00 WIB
Dheri Agriesta

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah tenaga medis di Provinsi Maluku masih belum yakin untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap pertama.

Vaksinasi Covid-19 tahap pertama yang diprioritaskan untuk tenaga medis itu dimulai pada 15 Januari hingga April 2021.

Seorang tenaga medis di Kabupaten Seram Bagian Barat, Anwar mengaku ragu menerima vaksin Covid-19 tahap pertama.

Meski vaksinasi tahap pertama diprioritaskan untk tenaga medis, ia belum mendapat arahan dari tempatnya bekerja.

"Jujur saya secara pribadi juga masih ragu, dan sampai saat ini di kantor belum ada keputusan untuk kami wajib mengikuti vaksinasi itu," kata Anwar saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (7/1/2021).

Sejumlah rekan seprofesi Anwar pun khawatir dengan vaksin Covid-19 itu.

"Bukan hanya saya, kita di sini mungkin 80-90 persen yang takut untuk divaksin," katanya.

Baca juga: Program Belajar Daring Diperpanjang, Walkot Ambon: Saya Prediksi Orangtua Pasti Tidak Setuju...

Seorang tenaga medis yang bertugas di salah satu puskesmas di Kabupaten Buru, AI juga memiliki pemikiran serupa.

Ia mengaku ragu dan takut untuk menerima vaksin buatan Sinovac tersebut.

"Secara pribadi beta (saya) menolak, jujur saja saya masih ragu dan takut untuk divaksin, " kata AI saat dihubungi Kompas.com lewat ponsel.

Kekhawatiran itu muncul karena AI mengaku belum mengetahui dampak dari vaksin Covid-19 buatan Sinovac itu.

"Dan secara pribadi saya mau bilang siapa yang menjamin vaksin ini steril?" kata dia.

Tak hanya ragu, seorang tenaga medis asal Ambon, OL menolak menerima vaksin Covid-19 tahap pertama.

 

Bahkan, OL mengatakan, sejumlah rekannya juga tak bersedia menerima vaksin tersebut.

OL beralasan, belum mengetahui hasil dari pengujian vaksin Covid-19 itu.

"Takutnya jangan sampai cacat atau kenapa-kenapa begitu, teman-teman saya juga berpikiran sama karena vaksin ini kan baru belum diuji coba," katanya.

Di antara keraguan dan penolakan itu, masih ada tenaga medis yang bersedia menerima vaksin Covid-19 itu.

Seperti Fuadlan Wael, seorang tenaga medis yang bertugas di Kabupaten Buru Selatan. Ia mengaku siap disuntik vaksin.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19, Masih Ada Tenaga Medis yang Ragu dan Takut Divaksin...

"Kalau sudah ada arahan pasti saya ikut divaksin, saya tetap bersedia," ujarnya saat dihubungi Kompas.com lewat ponsel.

Menanggapi keraguan para tenaga medis itu, juru bicara Vaksinasi Covid-19 Provinsi Maluku Doni Rerung mengaku belum mendengar keberatan atau penolakan dari tenaga medis.

Setidaknya, seluruh tenaga medis yang terdata menerima vaksinasi Covid-19 tahap pertama belum menyampaikan keberatannya.

"Sampai saat ini dari semua tenaga medis yang terdata belum ada yang menyampaikan penolakan, " ujarnya.

Pemerintah Provinsi Maluku memulai vaksinasi Covid-19 tahap pertama pada 15 Januari 2021. Pada tahap pertama, vaksinasi diprioritaskan untuk tenaga medis.

 

Saat ini, tercatat 15.120 tenaga medis yang akan mendapatkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Provinsi Maluku. Mereka telah didata pemerintah kabupaten dan kota.

Provinsi Maluku memastikan, belasan ribu tenaga medis yang terdata itu akan mengikuti vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan mulai 15 Januari hingga April 2021.

Sebelumnya, Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 menyatakan, dari hasil penelitian, vaksin Covid-19 Sinovac aman untuk digunakan. Hal tersebut disimpulkan berdasarkan kondisi relawan setelah dua tahap penyuntikan.

Baca juga: Detik-detik Pesawat MAF Dibakar KKB, Pilot Diselamatkan Warga

"Saya katakan bahwa selama ini kalau keamanannya cukup baik," kata Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin Covid-19 Kusnandi dilansir dari Kompas TV sebagaimana dikutip dari Youtube IKA Unpad, Selasa (5/1/2021).

Menurut Kusnandi, keamanan vaksin disimpulkan setelah tidak ditemukannya efek samping yang luar biasa dari vaksin Sinovac saat penelitian dilakukan.

"Kita telah mengikuti enam bulan, apa yang didapat dari enam bulan itu, ternyata kejadian sakitnya itu panas ringan, bengkak-bengkak sedikit, yang dalam dua hari sebanyak 20 persen itu sembuh sendiri," ungkap Kusnandi.

"Jadi kita telah lakukan selama enam bulan tidak terjadi apa-apa," lanjutnya.

(KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com