Ia memperkirakan, bunga itu dirusak oknum warga pada Rabu (23/12/2020).
"Sekarang sudah mati," kata Arpen yang dihubungi Kompas.com, Jumat.
Arpen juga mengamini warga tak tahu tanaman itu ternyata langka dan dilindungi negara.
Warga merasa aneh melihat tanaman itu. Apalagi, tanaman itu tak ditanam warga sekitar.
"Warga merasa aneh melihat bunga itu. Tidak ditanam dan muncul sendiri dengan bau busuk," kata Arpen.
Baca juga: Harapan di Tengah Pandemi: Kisah Kesembuhan dan Perjuangan di Baliknya
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Daya Alam (BKSDA) Resor Pesisir Selatan Bilmar menyayangkan bunga tersebut mati sebelum mekar. Padahal, bunga itu mekar dalam hitungan hari.
"Bunga itu belum mekar. Diperkirakan mekar tiga hari lagi sebelum mati," kata Bilmar.
Setelah mekar, bunga itu mampu bertahan selama tujuh hari. Lalu, bunga itu akan layu.
"Ternyata bunga itu diduga dirusak warga sehingga mati sebelum mekar," kata Bilmar.