Haerul menceritakan mereka awalnya membawa ke Puskesmas Bontobangun Bulukumba kemudian dirujuk ke RSUD Bantaeng.
"Tapi baru di pintu masuk RSUD Bantaeng, sudah ditolak. Akhirnya dibawa ke RS Jeneponto dan RS Takalar, namun kembali ditolak," kata Haerul saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (12/12/2020).
Mereka lalu menuju RS Labuang Baji yang ada di Kota Makassar.
"Karena ditolak di rumah sakit daerah, makanya ke RS Labuang Baji Makassar. Tapi ditolak lagi karena tidak ada hasil rapid test. Lalu dilarikan ke RS Kartini, ditolak karena tidak ada ICU, dan dilarikan ke RS Ananda, ditolak lagi," kata dia.
Hartina lalu dibawa ke RS Plamonia, kemudian ditangani di RS Wahidin dan meninggal dunia.
"Memang di Plamonia ditolong, tapi tidak diturunkan ke ruangan. Akhirnya Hartina dilarikan ke RS Wahidin. Baru tiba di ruangan bersalin, sementara ditangani beberapa menit, meninggal dunia," kata Haerul.
Baca juga: Bermula 8 Siswa SMK Batuk dan Anosmia, Terbongkar 179 Siswa Positif Covid-19
Keluarga sudah membawa Hartina jauh-jauh dari desa ke kota namun hasilnya mengecewakan.
"Dari kampung sudah terkatung-katung hingga ke Kota Makassar," ujar Haerul.
Dia pun mempertanyakan hati nurani petugas yang menolak mereka.
"Pihak RS tidak punya hati nurani, bagaimana perasaanya kalau keluarganya yang mengalami hal yang sama," kata dia.
Baca juga: Cerita Pilu Hartina Hamil Tua Meninggal Bersama Sang Janin, Kejang dan Ditolak 7 Rumah Sakit