Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Niswa, 8 Tahun Tak Jumpa Anaknya, Saat Bertemu Sudah Sakit Parah dan Butuh Bantuan

Kompas.com - 08/12/2020, 09:21 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Sudah delapan tahun Andi Niswa (50) tak bertemu anaknya, Susi Susanti (20) yang dititipkan kepada saudaranya di Bone, Sulawesi Selatan.

Namun sejak tiga bulan ini Susi kembali tinggal bersama ibunya di RT 01 Desa Mammolok Nunukan Selatan, Kalimantan Utara.

Di tengah kebahagiaan lantaran kembali bertemu dengan sang putri, Niswa juga merasa sedih karena tiba-tiba anaknya jatuh sakit.

Niswa kesulitan mengobatkan anaknya karena terkendala biaya.

"Jadi terakhir saya bertemu anakku itu mungkin 2012, sudah delapan tahunan, paling lihat dari foto yang dikirim lewat HP, begitu jumpa lagi, dia begini (sakit) kondisinya, bagaimana saya tidak menangis," ujar Niswa.

Baca juga: Ummi, Jangan Tinggalkan Saya, Takut Hari Terakhirku Tak Ada yang Temani

Pindah ke Nunukan

Kedatangan Susi dari Bone ke Nunukan ialah untuk berkuliah di program studi Administrasi Bisnis di Kampus Politeknik Negeri Nunukan.

Saat awal kuliah Susi tinggal di Sei Limau bersama kakak iparnya dan baru pindah ke Mammolo tiga bulan lalu.

Susi tinggal bersama ibunya saat kondisinya sakit, batuk berdahak berat dan mengeluhkan bagian perutnya sakit.

Badannya kini kurus kering, mata cekung dan kesulitan bangun dari tempat tidur.

Tulang sendinya menjadi lemah sehingga harus dipapah ketika menuju kamar mandi.

Baca juga: Bermula 8 Siswa SMK Batuk dan Anosmia, Terbongkar 179 Siswa Positif Covid-19

 

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Tulang punggung keluarga

Sejak Susi berusia lima bulan, Niswa harus menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya meninggal dunia.

Tahun 2012, Niswa memasok pakaian ke Tawau, Malaysia namun lama-lama biaya kirim semakin mahal karena ada kebijakan timbang untuk semua barang yang masuk.

Dia lalu memutuskan merantau ke Nunukan menjadi buruh ikat rumput laut hingga sekarang.

Untuk menuju lokasi bekerja, Niswa harus berjalan kaki selama satu jam.

Dalam sehari dia bekerja selama sekitar 12 jam dan memperoleh upah Rp 100.000.

Selain untuk memenuhi kebutuhan, uang itu dia putar lagi untuk berjualan kerupuk, teh dan air kemasan di tempatya mengikat benih rumput laut.

"Kadang goreng bakwan dan jalangkote, saya bawa ke lokasi kerja, lumayan bisa buat ikut arisan uangnya," kata dia lagi.

Baca juga: Akhir Kisah Tukang Bakso Ditendang Petugas Keamanan gara-gara Harga, Laporan Dicabut dan Pilih Jalan Damai

Tak tega meninggalkan anak sakit

Selama 10 hari ini, Niswa berhenti bekerja karena tak tega meninggalkan anaknya yang sakit sendirian di rumah.

"Kadang izin pergi kerja sama anakku, tapi di tempat kerja ditelepon suruh pulang, kepikiran terus juga sama keadaan anakku, tapi kalau berhenti, bagaimana kami bisa makan?," katanya pilu.

Kepada anaknya, Niswa mendoakan agar lekas sembuh agar bisa melanjutkan kuliah.

"Sembuhlah kau Nak, lanjutlah kuliahmu, Ummi akan sekuat tenaga berusaha supaya kau bisa lulus kuliah dan sukses, sembuhlah Nak," ujar Andi Niswa haru saat menenangkan putrinya, Sabtu (5/12/2020).

Baca juga: Usai Kumpul Keluarga Besar, 10 Orang Positif Covid-19 Termasuk Dokter Sriyanto, Ini Kisahnya

 

Semangat kuliah

Meski merasakan sakit, Susi masih terus menjalani perkuliahan secara daring.

Niswa sempat meminta Susi berhenti kuliah, namun ternyata anaknya ingin melanjutkan pendidikan seperti kakaknya.

Kakaknya, Satriani, kuliah di Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bone dan diwisuda pada Desember 2020 ini.

Niswa pun bertekad untuk terus bekerja keras untuk membiayai kuliah Susi seperti membiayai kuliah Satriani.

"Dia masih semangat kuliah pakai HP (daring), jam jam kuliah saja dia pegang itu dia punya Hp, tapi yang buat saya takut, dia pesan ke saya kalau sembuh kita pulang kampung dulu bersihkan makam bapaknya, saya bilang jangan buat takut ya Nak, semoga Allah kasih sembuh, bisa lulus kuliah dan bisa jadi PNS seperti yang dimau," tuturnya sambil menyeka tetesan air mata.

Baca juga: Kisah Pilu Dokter Sardjono dan Istrinya, Meninggal Bergiliran karena Covid-19 di Hari yang Sama

Butuh bantuan

Selama Susi sakit, tak ada keluarga yang menjenguk.

Mereka takut karena menganggap Susi terpapar Covid-19.

"Sudah saya kasih tahu semuanya, keluarga banyak di Nunukan, omnya, tantenya, sepupu, semua bilang takut kena corona, padahal bukan corona dia ini kasihan, memang sakit dia," kata dia.

Sedangkan untuk berobat, Niswa terkendala mengurus BPJS anaknya.

Sebab dalam tiga bulan terakhir Susi tinggal bersama kakak iparnya.

"Dia ke Nunukan baru 3 bulan, saat kuliah di Poltek kemarin tinggal di Sei Limau dengan abang iparnya, pas sakit, baru tinggal dengan ibunya, jadi saya bingung bagaimana mengurus BPJS-nya," kata ketua RT setempat, Marsuki.

Ketua HMJ Administrasi Bisnis Poltek Nunukan Arman mengatakan mahasiswa telah menggalang dana untuk Susi.

"Kita akan meminta pihak kampus mengeluarkan rekomendasi untuk junior kami Susi Susanti, semoga rekomendasi tersebut bisa memudahkan administrasi pengobatan nanti, dan sore ini kami mulai aksi penggalangan dana. Ada sekitar Rp 5 juta sudah kami dapat, kami semua akan mengusahakan biaya pengobatannya,"kata Arman.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Nunukan, Ahmad Zulfiqor | Editor : Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com