Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merapi Sering Bergemuruh, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 17/11/2020, 05:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Suara gemuruh lebih sering didengar warga di sekitar lereng Gunung Merapi pasca-kenaikan status Waspada menjadi Siaga III.

Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, suara gemuruh itu berasal dari tekanan magma ke permukaan.

"Penjelasan ilmiahnya terkait dengan terdengarnya suara gemuruh adalah, pada saat ada tekanan magma ke permukaan maka ada guguran-guguran terjadi," kata Hanik saat dihubungi, Senin (16/11/2020).

Baca juga: Langkah BNPB Cegah Penularan Covid-19 di Pengungsian Merapi

Lalu, lanjut Hanik, tekanan itu membuat material-material di puncak tidak stabil dan mudah runtuh.

"Karena tidak stabil material tersebut ngglundung (terjatuh), sehingga membuat suara gemuruh tadi. Magma kan terus menuju ke permukaan, karena ada magma yang menuju permukaan material yang di atas jadi tidak stabil," ucap Hanik.

Baca juga: Terdengar Suara Gemuruh dari Gunung Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG

Cari sumber resmi

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik HumaidaKOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida

Hanik mengakui, informasi soal aktivitas Merapi semakin banyak di media sosial.

Dirinya pun meminta warga untuk mencari informasi dari sumber terpercaya atau dari pemerintah, salah satunya BPPTKG.

"Kalau dapat informasi dan ragu akan kebenarannya bisa langsung konfirmasi ke kami, karena kami punya tim informasi," ujarnya.

Baca juga: Pemkab Sleman Kembali Siapkan Lokasi Evakuasi Sapi Ternak Warga Merapi

Selain itu, Hanik mengaku, sosialisasi terkait aktivitas Gunung Merapi telah dilakukan.

Dirinya meyakini, warga telah memahami prosedur jika terjadi guguran atau terdengar suara gemuruh.

"Sudah kita sosialisasikan kepada masyarakat, BPBD juga sudah bergerak. Jadi, saya kira semua sudah on the track," katanya.

Baca juga: Merapi Siaga, Pemkab Sleman Minta Warga Tak Buru-buru Jual Ternak

 

Intensitas guguran

Aktivitas guguran kecil material Gunung Merapi terlihat di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/11/2020). Berdasarkan data laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) per enam jam pada pukul 06.00-12.00 WIB tercatat aktivitas kegempaan guguran sebanyak 10 dan amplitudo 6-30 mm dengan durasi 19,5-86,12 detik.ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO Aktivitas guguran kecil material Gunung Merapi terlihat di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/11/2020). Berdasarkan data laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) per enam jam pada pukul 06.00-12.00 WIB tercatat aktivitas kegempaan guguran sebanyak 10 dan amplitudo 6-30 mm dengan durasi 19,5-86,12 detik.
Dalam kesempatan itu, Hanik menjelaskan, berdasar laporan aktivitas Gunung Merapi pada periode pengamatan 15 November 2020 pukul 00.00-24.00 WIB terdengar suara guguran di lereng Barat Gunung Merapi.

Saat itu terhitung ada lima kali (lemah hingga keras) suara gemuruh dari PGM Babadan.

Sebelumnya, BPPTKG mencatat pada hari Kamis (12/11/2020) laju deformasi Gunung Merapi rata-rata 13 sentimeter per hari. Laju rata-rata diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM).

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com