”Pokoknya kalau tidak ditetah (diajari berjalan) pasti menangis. Tapi ya itu, kakinya tetap lemas,” kata dia.
Hartono menurut Waginem aktif minta diajari berjalan hingga usia 6 tahun. Sejak saat itu kaki Hartono lemas dan tidak bisa menopang badannya seperti biasanya.
Hartono juga enggan kembali berjalan, hanya tertidur di kasur.
Sejak lahir, Hartono juga tidak bisa berbicara, hanya suaranya yang terdengar seperti lenguhan dan anggukan saja yang dipahami Waginem.
“Tidak pernah bisa bicara. Kalau minta makan atau buang air besar mengangguk, baru saya tahu dia minta apa,” ucap dia.
Baca juga: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid 19 Capai 86 Persen, Magetan Kembali ke Zona Kuning
Sejak tidak mau berjalan lagi, Hartono hanya berbaring di atas kasur.
Kejang-kejang dan kerot yang dialaminya hampir setiap hari, dan masih saja terjadi hingga saat ini.
Hartono sempat terjatuh dari ranjang karena mengalami kejang yang cukup hebat. Kerot yang sering dialami juga membuat gigi Hartono habis.
Suara campursari dari radio menjadi hiburan setiap hari bagi Hartono.
Bila bosan, Hartono biasanya akan mengangguk minta televisi 14 inci yang sudah kusam dinyalakan. Waginem menyebut anaknya sebetulnya juga ingin sembuh.
Hartono sempat mengangguk-angguk ketika radio menayangkan iklan obat.
“Di minta obat yang diiklankan di radio karena terus mengangguk-angguk kalau iklan obat itu diputar," terang Waginem.
Sejak 10 tahun lalu Hartono mendapat bantuan dari Kementerian Sosial berupa santunan uang Rp 300.000 setiap bulan.
Namun, beberapa bulan terakhir besarannya berkurang menjadi Rp 200.000.
Waginem mengaku, uang tersebut digunakan untuk membeli obat.
Sebelumnya Waginem adalah pedagang keliling sayur untuk memenuhi kebutuhan hidup.