Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demam dan “Kerot” Saat Usia 2 Bulan, Pria Ini 35 Tahun Hanya Terbaring di Kasur

Kompas.com - 11/11/2020, 17:07 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Suara yang keluar dari bibir Hartono (35) warga Desa Sidokerto, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terdengar lirih.

Kakinya yang kurus terlihat hanya tulang terbalut kulit bergerak-gerak, sementara matanya mengawasi tajam.

Kedua tangannya yang terbalut jaket kain warna cokelat menekuk pada kedua siku dan kedua telapak tangnnya lurus ke samping, sesekali menarik narik sprei kasur tipisnya.

Waginem (65) ibu Hartono mengaku jika anak semata wayangnya tersebut mengalami lumpuh sejak usia 2 bulan.

Baca juga: Video Mesum Dokter Puskesmas dan Bidan di Jember Viral, Bikin Warga Resah

“Pertama panas tinggi, kemudian kejang-kejang sambil giginya itu kerot (giginya beradu) saat berusia 2 bulan. Sudah puluhan kali dokter, mungkin ratusan kali ke orang pintar, tapi tidak pernah sembuh,” ujar Waginem, sambil menyuapi Hartono di rumahnya, Rabu (11/11/2020).

Meski mampu menggerakkan kakinya, Hartono tak pernah bisa menggeser badannya yang selama hidupnya menempel pada kasur.

Kedua tangannya juga kaku, sikunya menekuk dan hanya jari jemarinya yang bisa bergerak.

Dari ratusan kali berobat ke sejumlah dokter dan ratusan kali berobat ke orang pintar, Waginem hanya memahami jika anaknya terkena sakit syaraf.

“Tahunya ya hanya syarafnya yang kena. Nama penyakitnya tahu saya ya syaraf,” imbuh dia.

Kondisi Hartono sempat membaik pada usia 2 hingga 6 tahun, meski setiap hari anak semata wayangnya tersebut masih menderita kejang-kejang dan kerot.

Hartono kecil juga lincah karena aktif diajari berjalan dengan cara pinggangnya diikat dengan tali kemudian tali tersebut ditarik ke atas dan ditahan oleh ibunya atau oleh Suri (70) bapaknya.

 

”Pokoknya kalau tidak ditetah (diajari berjalan) pasti menangis. Tapi ya itu, kakinya tetap lemas,” kata dia.

Hartono menurut Waginem aktif minta diajari berjalan hingga usia 6 tahun. Sejak saat itu kaki Hartono lemas dan tidak bisa menopang badannya seperti biasanya.

Hartono juga enggan kembali berjalan, hanya tertidur di kasur.

Sejak lahir, Hartono juga tidak bisa berbicara, hanya suaranya yang terdengar seperti lenguhan dan anggukan saja yang dipahami Waginem.

“Tidak pernah bisa bicara. Kalau minta makan atau buang air besar mengangguk, baru saya tahu dia minta apa,” ucap dia.

Baca juga: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid 19 Capai 86 Persen, Magetan Kembali ke Zona Kuning

Sejak tidak mau berjalan lagi, Hartono hanya berbaring di atas kasur.

Kejang-kejang dan kerot yang dialaminya hampir setiap hari, dan masih saja terjadi hingga saat ini.

Hartono sempat terjatuh dari ranjang karena mengalami kejang yang cukup hebat. Kerot yang sering dialami juga membuat gigi Hartono habis.

Anggukan, tanda Hartono ingin sembuh

Suara campursari dari radio menjadi hiburan setiap hari bagi Hartono.

Bila bosan, Hartono biasanya akan mengangguk minta televisi 14 inci yang sudah kusam dinyalakan. Waginem menyebut anaknya sebetulnya juga ingin sembuh. 

Hartono sempat mengangguk-angguk ketika radio menayangkan iklan obat.

“Di minta obat yang diiklankan di radio karena terus mengangguk-angguk kalau iklan obat itu diputar," terang Waginem.

Sejak 10 tahun lalu Hartono mendapat bantuan dari Kementerian Sosial berupa santunan uang Rp 300.000 setiap bulan.

Namun, beberapa bulan terakhir besarannya berkurang menjadi Rp 200.000.

Waginem mengaku, uang tersebut digunakan untuk membeli obat.

Sebelumnya Waginem adalah pedagang keliling sayur untuk memenuhi kebutuhan hidup.

 

Sebelum Hartono lahir, jualan sayur Waginem bahkan sampai ke Kabupaten Bojonegoro.

Sejak Hartono lahir, Waginem memilih jualan sembako di rumah.

Namun, karena kebutuhan membeli obat Hartono tinggi, semua uang hasil jualannya ludes.

“Bapaknya hanya petani, jadi semua tabungan dari jualan habis untuk pengobatan,” kata dia.

3 bulan terakhir Hartono mendapat bantuan kartu BPJS dari desa.

Baca juga: Video Viral Remaja Putri Ribut hingga Tendang Kepala Temannya, Korban Lapor ke Polisi

Saat ini, Waginem tidak lagi perlu mengeluarkan uang untuk membeli obat Hartono. Dia tinggal ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat gratis.

Waginem mengaku hanya bisa pasrah dan bersabar menerima nasib Hartono yang hanya bisa tergolek di atas kasur selama hidupnya.

Dia hanya berharap kerot Hartono bisa hilang.

"Kasihan kalau dengan gigi beradu itu pasti sakit. Tapi, mau bagaimana, saya hanya bisa bersabar dan pasrah,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com