JAMBI, KOMPAS.com - Suara-suara alat tenun diselingi canda tawa beberapa perempuan yang membatik adalah suasana rutin yang ada di rumah tenun Jambi yang dikelola oleh Zainul Bahri, seorang perajin batik Jambi yang sepuh dan banyak pengalaman.
Kompas.com datang waktu pagi menjelang siang dan disambut dengan ramah oleh Zainul Bahri. Dia menggunakan kain tenun dan lacak serba merah.
Perbincangan demi perbincangan pun diselingi suara alat tenun yang digunakan beberapa murid Zainul.
Suasana siang itu terasa tenang jika memperhatikan beberapa penenun dan pembatik yang fokus pada masing-masing pekerjaannya.
“Setiap motif batik bisa jadi penanda zaman,” kata Zainul di sela-sela perbincangan.
Baca juga: Kisah Andri, Makin Kreatif di Tengah Pandemi, 1 Bulan Ciptakan 500 Motif Batik
Zainul Bahri adalah perajin tenun yang kemudian membuat batik corona. Ide tersebut datang saat rumah tenun yang dikelolanya tutup karena pandemi, yakni selama Maret hingga April 2020.
Saat memperhatikan berita soal Covid-19, ada narasumber ahli yang memperlihatkan gambar-gambar yang menyerupai virus Covid-19. Mulai dari bentuk luarnya hingga saat virus tersebut dibelah dan memiliki inti.
Informasi ini kemudian jadi bahan renungan untuknya saat malam. Waktu-waktu dirinya bisa berkonsentrasi penuh setiap kali membuat pola batik. Corat-coret sana sini dan hasilnya pertama ada tiga motif.
“Ada motif corona dengan ilustrasi bunga duren. Kemudian motif corona bunga kacapiring dan luk paku. Terakhir motif bunga kemuning,” katanya ditemui di rumah tenun miliknya beberapa waktu lalu.
Tak disangka, batik coronanya pun diminati masyarakat.
“Bahkan sudah ada yang jadi batiknya dan langsung dibeli,” katanya pada Sabtu (31/10/2020) lalu.
Baca juga: Pesona Batik dan Sulam Karawo di Tangan Perajin Gorontalo
Pria Kelahiran 27 Mei 1960 ini kemudian menambah motif batik coronanya.
Zainul Kemudian memberi warna yang lekat dengan batik klasik Jambi. Seperti merah, hitam, kuning dan coklat.
Baginya batik tersebut bukan sekadar karya untuk dijual. Namun juga jadi penanda zaman.
“Seperti batik kapal pecah, itu kan ada ceritanya kapal Belanda yang tenggelam saat perang,” katanya.
Zainul Juga berharap batik Jambi lebih dikenal lagi. Berkali-kali harapannya diulang dan diikuti tawa jenakanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.